Jumat, 15 April 2016

Penentuan Kandungan Alkaloida Kafein dalam Daun Teh Secara Ekstraksi Pelarut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ektraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam melakukan ekstraksi bisa dilakukan dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair yaitu ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current.
Dalam ekstraksi sering menggunakan hukum distribusi Nerst dalam analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Aplikasi ektraksi dalam industri seperti ektraksi phenol dari larutan coal tar. Selain itu, ektraksi digunakan sebagai operasi komplementer.



1.2  Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kandungan  kafein dalam sampel daun teh cap botol dan sari murni.
1.3Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1.     Untuk mendapatkan kafein dalam daun teh secara ekstraksi pelarut menggunakan pelarut air dan kloroform
2.     Untuk menentukan kadar kafein dalam serbuk daun teh cap botol dan teh sari murni.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon titraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.Teknik ini dapat dipergunakan untuk hal preparative, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Dewi, 2008).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara perendaman tanpa melibatkan panas. Maserasi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu cara kerja dan alat yang digunakan cukup sederhana dan cocok untuk senyawa yang tidak tahan panas (Purwantini dkk, 2007).
Ekstraksi merupakan salah satu teknik analisis yang bertujuan untuk memisahkan berbagai senyawa dalam sampel berdasarkan kepolarannya (Nurhayati dkk, 2004).
Ekstraksi dilakukan karena beberapa faktor seperti jika distilasi tidak dapat dilakukan atau terlalu mahal, jika diinginkan mengisolasi bahan untuk karakterisasi, atau memurnikan senyawa untuk proses selanjutnya. Secaragaris besar, proses pemisahan secara ekstraksi tersiri atas 3 langkah dasar yaitu 1) penambahan sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan sampel, 2) solute akan terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk fase ekstrak, 3) Pemisahan fase ekstrak dengan sampel (Majid dan Nurkholis, 2008).
Ekstraksi dengan pelarut organik lebih efektif dan dapat dilakukan secara perkolasi, soxhletasi dan maserasi (Cakrawati, 2005).
Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk pertahanan diri dari lingkungan maupun dari serangan organisme lain (Murniasih, 2003).
Metabolit sekunder mempunyai hasil lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer.Metabolit sekunder juga sikenal sebagai hasil alamiah metabolisme.Metabolisme sekunder biasanya tidak untuk semua sel secar keseluruhan tetapi hanya untuk beberapa sel tertentu.Menurut biosintesisnya metabolit sekunder dapat terbagi atas terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin), senyawa fenol (falvonoid dan tanin), dan alkaloid (Simbala, 2009).
Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan.Telah diketahui, sekitar 5.500 senyawa alkaloid yang tersebar di berbagai famili.Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mrngandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika mempunyai struktur kompleks dan bercincin aromatic.Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga banyak digunakan dalam pengobatan (Dewi, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu, senyawa yang berperanan sebagai obat dalam tumbuhan adalah senyawa alkaloid.Dalam praktek medis kebanyakan alkaloid mempunyai nilai tersendiri, disebabkan oleh sifat farmakologi dan kegiatan fisiologinya yang menonjol sehingga dipergunakan luas dalam bidang pengobatan. Manfaat alkaloid dalam bidang kesehatan antara lain adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi mikrobia. Metoda klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur nitrogen yang dikandungnya, yaitu: 1) Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam cincin heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi: alkaloid pirolidin, alkaloid indol, alkaloid piperidin, alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin, alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin. 2) Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina. 3) Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina. 4) Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida. 5) Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina (Widi dan Titin, 2007).
Tanaman merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat.Bahkan sampai saat ini pun menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman.Salah satu bahan yang sedang dikembangkanadalah teh.Teh sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan minuman sehari-hari (Santoso et al, 2013).
Zat aktif yang membuat kopi dan teh bernilai oleh manusia adalah kafein.Kafein adalah alkaloid, satu khas dari senyawa yang terjadi di alam yang mengandung nitrogen dan mempunyai sifatbasa amina organik.Di dalam daun teh juga terdapat kafein, dimana kandungan kafein dalam daun teh sekitar 2%-5%.Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat di daun teh (Camelia sinensis), biji kopi, (Coffea arabica), dan biji coklat (Theobroma cacao) (Dewi, 2008).
Kafein bekerja dengan menstimulasi SSP (sistem saraf pusat), dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk. Kafein  dapat meningkatkan daya konsentrasi dan kecepatan reaksi serta prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kafein juga dapat memperkuat daya konstraksi dari jantung, vasodilatasi perifer dan diuretis (Tjay dan Rahardja, 2007).
Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang secara luas tersebar di banyak jenis tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai produk makanan dan minuman seperti teh, kopi dan coklat.Dalam bidang farmasi, kafein biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant pernapasan dan juga sebagai peluruh kencing (Yu et al, 2009).
2.2  Uraian Bahan
1.    Aquadest (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi        :  AQUA DESTILLATA
Nama Lain           :  Air suling                              
Rumus molekul  : H2O
Berat Molekul      : 18,02
Pemerian             : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
                                  tidak     mempunyai rasa.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan           : Zat tambahan dan pelarut.
2.   Eter (Ditjen POM, 1979 : 66)
Nama Resmi        : AETHER ANAESTHETICUS
Nama Lain           : Eter
Rumus molekul  : C4H10O
Berat Molekul      : 74,12
Pemerian             : Cairan transparan, tudak berwarna, bau khas,
rasa manis dan membakar, sangat mudah
menguap, sangat mudah terbakar, campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogen oksida, pada kadar tertentu dapat meledak.
Kelarutan             : Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur
                                 dengan etanol (95%)P, dengan kloroform P,
dengan minyak lemak, dan dengan minyak atsiri.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
                                         cahaya, di tempat sejuk.
3.   Kloroform (Ditjen POM, 1979 : 151)
Nama resmi         : CHLOROFORM
Nama lain            : Kloroform
RM / BM                : CHCl3 / 119,38
Pemerian             : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau   khas, rasa manis dan membakar.
Kelarutan             :Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutup baik.
4.   Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 421)
Nama Resmi        : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain           : Natrium hidroksida
Rumus molekul  : NaOH
Berat Molekul      : 40,00
Pemerian             : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan meunjukkan susunan hablur, putih, korosif, segera menyerap karbondioksida
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air dan  dalametanol (95%)P
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutup baik.          
Kegunaan            :  Zat tambahan
5.    Asam sulfat (Ditjen POM, 1979 :58)
Nama Resmi        : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain           : Asam Sulfat
Rumus molekul  : H2SO4
Berat Molekul      : 98,07
Pemerian             :  Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.
Kelarutan            :    Sebagai pemberi suasana basa pada
                                            pembuatan  iodoform dan dapat melembutkan
                                            kulit.
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup rapat.
6. Amonia (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi      :    AMMONIA
Nama Lain          :    Amonia
Rumus molekul :    NH3
Berat Molekul     :    17,05
Pemerian            :    Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas
                                  menusuk kuat.
  Kelarutan        :       Mudah larut dalam air.
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk.
7.   Amonium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 86)
Nama Resmi      :    AMMONIUM HYDROXYDUM
Nama Lain          :    Amonium Hidroksida         
Rumus molekul :    NH4OH
Berat Molekul     :    35,05
Pemerian            :    Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat.
Kelarutan            :    Mudah larut dalam air.
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
8.    Etanol (Ditjen POM, 1979 : 65)
Nama Resmi      :    AETHANOLUM
Nama Lain          :    Etanol, alkohol
Rumus molekul :    C2H5OH
Berat Molekul     :    46,07
Pemerian            :    Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan            :    Sangat mudah larut dalam air, dalam
                                            kloroform P, dan dalam eter P
Penyimpanan  :     Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
                                            cahaya, di tempat sejuk, jauh nyala api.
9.     Indikator Metil Merah (Ditjen POM, 1995 : 705)
Nama Resmi     :     BENZOAT HIDROKSIDA
Nama Lain        :     Metil merah
RM                      :     C15H15N2O3
BM                      :     305,76
Pemerian          :     Serbuk merah gelap
Kelarutan          :     Sukar larut dalam air, dan larut dalam etanol.
Penyimpanan  :     Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan         :     Sebagai indikator.
10. Asam sulfat (Ditjen POM, 1979: 58)
Nama resmi               : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain                  : Asam sulfat
Rumus molekul        : H2SO4
Berat molekul           : 98,07
Pemerian                   : cairan kental seperti minyak, korosit, tidak
  berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
  menimbulkan panas.
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                 : Zat tambahan



11.  Coffeinum (Ditjen POM, 1979:175)
Nama resmi               : COFFEINUM
Nama lain                  : kofein
Rumus molekul        : C8H10N4O2
Berat molekul           : 194,19
Pemerian                   : serbuk hablur berbentuk jarum,
meningkat biasanya menggumpal
putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan                  : agak sukar larut dalam air dan etanol
95% P, mudah larut dalam kloroform  P.
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                 : Stimulan saraf pusat kardiafik.
12.  Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 105)
Nama resmi              : Natrium Hydroxydium
Nama Lain                : Natrium hidroksida
Rm/Bm                      : NaOH/40.00
Pemerian                  : Bentuk batang,massa hablur atau    keeping-
keping ,rapuh dan mudah meleleh
basah,sangat Alkalis  dan korosif,
Kelarutan                  : Sangat mudah larut dalam air dan   etanol
(95%)
Penyimpanan          : Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali
jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih
dari 2,5% NaCO3
Kegunaan                 : Sebagai zat tambahan
2.3 Uraian sampel
·      Klasifikasi Teh
Divisi                        : Spermatophyta  
Sub divisi    : Angiospermae
Kelas            : Dicotyledoneae
Sub Kelas   : Dialypetalae
Ordo             : Clusiales
Familia         : Theaceae
Genus          : Camellia
Spesies       : Camellia sinensis
· Komposisi teh sari murni : teh hitam dan vanila.
2.4 Prosedur kerja (Anonim, 2015)
Timbang sebanyak 10 gram daun teh dalam bentuk bubuk kasar masukkan dalam labu soklet atau alat maserasi. Selanjutnya dilakukan penyarian dengan membasahi bahan tersebut dengan campuran 8 ml ammonium hidroksida P, 10 ml etanol 95% dan 20 ml eter, campur dengan baik, lalu dimaserasi selama semalam. Setelah itu dilakukan penyarian dengan eter selama 3 jam.
Pindahkan sari eter yang mengandung alkaloida ke dalam corong pisah, bilas labu dengan sedikit eter dan kumpulkan ke dalam corong pisah yang lain. Sari alkaloida dalam fasa air dengan 10 ml asam sulfat 0.5 N sebanyak 5 kali, sambil disaring fasa air itu dimasukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis. Sari fasa air dengan 10 kloroform sebanyak 5 kali. Kumpulkan sari kloroform dan uapkan di atas waterbath sampai kering. Larutkan residu dalam beberapa milliliter bkloroform, tambahkan 15,0 ml larutan baku H2SO4 0,2 N, panaskan untuk menghilangkan kloroform, dinginkan, tambahkan larutan indikator metil merah, lalu titrasi kelebihan asam dengan larutan baku NaOH 0,2 N.



BAB III
METODE KERJA
3.1  Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat soklet/maserasi, buret, corong biasa, corong pisah, Erlenmeyer, gelas kimia, labu tentukur/labu takar, oven, penangas air, pipet volum dan timbangan.
3.2      Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, ammonia 10%, ammonium hidroksida, aquadest, dietileter, etanol 95%, indikator metal merah, larutan baku H2SO4 0.2 N, larutan baku NaOH 0.2 N, larutan H2SO4 0.5 N, kloroform, dan sampel sediaan obat (papaverin dan fenobarbital).
3.3 Cara Kerja
     Ditimbang sebanyak 10 gram daun teh dalam bentuk bubuk kasar dimasukkan dalam labu soklet atau alat maserasi. Selanjutnya dilakukan penyarian dengan dibasahi bahan tersebut dengan campuran 8 ml ammonium hidroksida P, 10 ml etanol 95% dan 20 ml eter, dicampur dengan baik, lalu dimaserasi selama semalam. Setelah itu dilakukan penyarian dengan eter selama 3 jam.
Dipindahkan sari eter yang mengandung alkaloida ke dalam corong pisah, dibilas labu dengan sedikit eter dan dikumpulkan ke dalam corong pisah yang lain. Sari alkaloida dalam fasa air dengan 10 ml asam sulfat 0.5 N sebanyak 5 kali, sambil disaring fasa air itu dimasukkan ke dalam corong pisah.Ditambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis.Sari fasa air dengan 10 kloroform sebanyak 5 kali.Dikumpulkan sari kloroform dan diuapkan di atas waterbath sampai kering. Dilarutkan residu dalam beberapa milliliter bkloroform, ditambahkan 15,0 ml larutan baku H2SO4 0,2 N, dipanaskan untuk menghilangkan kloroform, didinginkan, larutan indikator metal merah, lalu dititrasi kelebihan asam dengan larutan baku NaOH 0,2 N.



                                                            BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1   Hasil
No
Nama Sampel
V Titran (mL)
1
Teh Cap botol
4,7
2
Teh Sari Murni
7,1

Dik :    N NaOH                     = 0,2 N
BM kafein                  = 194,19
Valensi kafein          = 10
Teh cap botol
BE 
Wkafein = NNaOH x VNaOH x BEkafein
                        = 0,2 N x 4,7 mL x 19,419
= 18,253
% kafein =
=
=182,53 %
Teh Sari Murni
BE 
Wkafein = NNaOH x VNaOH x BEkafein
                        = 0,2 N x 7,1 mL x 19,419
= 27,574
% kafein =
=
= 275,74 %

4.2  Pembahasan
Kafein adalah senyawa golongan alkaloid yang mengandung nitrogen dan mempunyai sifat basa amina organik. Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) dan  mehylxantin secara luas tersebar di banyak jenis tumbuhan. Kafein merupakan senyawa alkaloida turunan xantine (basa purin) yang berwujud kristal berwarna putih. Kafein dapat disintesis dari dimetil urea dan asam malonat. Kafein dalam tanaman disintesis dari xanthosin melalui 3 tahap N-metilasi, dimana tahap metilasi ini dibantu oleh aktivitas enzimya itu enzim metal transferase.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadungan kafein di dalam sampel teh cap botol yang berupa serbuk kasar daun teh. Di dalam daun teh terdapat kandungan kafein sebesar 2%-5%. Sebelum dilakukan ekstraksi pelarut pada daun teh, terlebih dahulu daun teh dikeringkan. Fungsi pengeringan daun teh yaitu untuk mengurangi kadar air yang dikandung didalamnya dan mengurangi reaksi enzimatis agar tidak ditumbuhi mikroba seperti bakteri dan jamur serta mengecilkan ukuran partikel agar luas permukaannya semakin besar. Namum, disini kita memakai sampel yang telah siap dipakai sehingga tidak memerlukan pengeringan.
Selanjutnya dilakukan maserasi pada sampel. Maserasi dilakukan selama 24 jam untuk memaksimalkan perendamannya agar senyawa-senyawa yang ditarik lebih maksimal. Maserasi dilakukan dengan multikomponen pelarut, yaitu ammonium hidroklorida + etanol 95%- eter. Pada dasarnya maserasi berfungsi menarik senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel dan dalam tanaman ada yang bersifat polar, semipolar hingga nonpolar, sehingga digunakan 3 macam pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda untuk menarik senyawa-senyawa tersebut. Pada maserasi digunakan dua kali volume pelarut agar komponen-komponen senyawa yang ditarik menjadi lebih besar.
Setelah didapatkan maseratnya, maserat ini diektraksi lagi dengan eter selama 3 jam. Eter berfungsi untuk menarik senyawa-senyawa alkaloid, karena kafein senyawa yang tidak larut air tetapi dalam air mendidih sehingga akan larut dalam eter. Setelah ekstraksi, kemudian akan terpisah menjadi fase atas dan fase bawah. Fase bawah adalah eter yang diambil kembali lalu diekstraksi lagi dengan H2SO4. H2SO4 berfungsi untuk mengikat alkaloid dan merubahnya menjadi garam alkaloid. Lalu terpisah lagi menjadi fase H2SO4 + eter dengan fase air. Terjadinya fase air disini karena pada saat pengenceran H2SO4 menggunakan air, sehingga senyawa  H2SO4 dan eter akan bergabung dan fase air terpisah. Di dalam fase air terdapat alkaloid, sehingga fase yang diambil adalah fase air. Fase air lalu dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan amonia 10 % sampai bereaksi alkali. Fungsi amonia disini untuk mengendapkan kafein. Kemudian ditambahkan senyawa kloroform untuk dapat melarutkan kafein. Amonia (NH3) bereaksi dengan H+ dan menariknya lalu bersatu  dan larut dalam kafein. Amonia lalu terpisah dengan fase lainnya. Diambil fase kloroform yang didalamnya terdapat alkaloid, lalu diuapkan dengan pelarut kloroform untuk menghilangkan pelarutnya sehingga terpisah senyawa dengan pelarutnya. Residu lalu dilarutkan dengan beberapa tetes kloroform dengan larutan baku H2SO4 untuk melarutkan alkaloidnya. Kemudian dipanaskan lagi untuk memisahkan kloroform dengan alkaloid, lalu ditambahkan dengan indicator metil merah, dititrasi dengan NaOH dandidapatkan volume titrasinya yaitu 4,7untukteh cap botoldan 7,1 mL untukteh sari murni.Setelahitutentukankadar kafein.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar kafein dalam teh cap botol sebanyak 182,53% dan pada teh cap sariwangi sebanyak 275,74%.
5.2 Saran
Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 
                       
                                                DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi Kuantitatif. Laboratorium Kimia Farmasi. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.

Cakrawati, D. 2005. “Pengaruh Pra Fermentasi dan Suhu Maserasi Terhadap Beberapa Sifat Fisikokimia Minyak Kasar Kluwak”.Universitas Padjajaran. Surabaya.

Dewi, Mainora Rahayu. 2008. “Penentuan Kandungan Kafein Pada Daun The (Camellia sinensis)”. Tesis. Universitas Andalas

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Majid, NT. dan Nurkholis. 2008. “Pembuatan The Rendah Kafein Melalui Proses Ekstraksi Dengan Pelarut Etil Asetat”. Makalah Penelitian.Universitas Diponegoro.

Murniasih, tutik.. 2003. “Metabolit Sekunder Dari Spons Sebagai Bahan Obat-Obatan”. Oseana,Vol. 28 (3).

Nurhayati, Y., Gebi D., Iqbal M. 2004.“Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Metabolit Sekunder Turunan Flavonoid dari Kulit Batang Ficus virens Ait.(Moraceae)”. Seminar Nasional dan Penelitian dan Pendidikan Kimia. Bandung.

Purwantini, I., Rima M., Naniek D. 2007. “Kombinasi Daun Teh dan Mangkokan Sebagai Penumbuh Rambut”.Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Santoso, S., Miftakhul, C. dan Satria, AP. 2013.“Efektivitas Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro”. Jurnal Penelitian.
Simbala, Herny E. I. 2009.“Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka”.Journal. Vol. 1(14).

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI.Elex Media Komputindo. Jakarta.

Widi, RK. dan Titin, I. 2007. “Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr)”.Jurnal Ilmu Dasar.Vol. 8(1).

Yu Chi Li, Tai Man Louie, Ryan Summers, Yogesh Kale, Sridhar Gopishetty, and Mani Subramanian. 2009. “ Two Distinct Pathways for Metabolism of Theophylline and Caffeine Are Coexpressed in Pseudomonas putida CBB5”, Journal Of Bacteriology, Vol. 191 (14).



              



Tidak ada komentar:

Posting Komentar