BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ektraksi dapat dilakukan pada daun
teh agar dapat menentukan kadar kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan
suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua
pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam melakukan ekstraksi bisa dilakukan
dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair yaitu ekstraksi bertahap (batch),
ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current.
Dalam ekstraksi sering menggunakan
hukum distribusi Nerst dalam analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini
menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai,
perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan
akan merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di
dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Aplikasi ektraksi
dalam industri seperti ektraksi phenol dari larutan coal tar. Selain
itu, ektraksi digunakan sebagai operasi komplementer.
1.2 Maksud
Percobaan
Adapun
maksud dari percobaan ini yaitu Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk
mengetahui kandungan kafein dalam sampel
daun teh cap botol dan sari murni.
1.3Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini yaitu :
1.
Untuk mendapatkan kafein
dalam daun teh secara ekstraksi pelarut menggunakan pelarut air dan kloroform
2.
Untuk menentukan kadar
kafein dalam serbuk daun teh cap botol dan teh sari murni.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
Ekstraksi pelarut atau
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon titraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.Teknik ini
dapat dipergunakan untuk hal preparative, pemurnian, memperkaya pemisahan serta
analisis pada semua skala kerja (Dewi, 2008).
Maserasi
merupakan metode ekstraksi dengan cara perendaman tanpa melibatkan panas.
Maserasi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu cara kerja dan alat
yang digunakan cukup sederhana dan cocok untuk senyawa yang tidak tahan panas
(Purwantini dkk, 2007).
Ekstraksi
merupakan salah satu teknik analisis yang bertujuan untuk memisahkan berbagai
senyawa dalam sampel berdasarkan kepolarannya (Nurhayati dkk, 2004).
Ekstraksi dilakukan karena
beberapa faktor seperti jika distilasi tidak dapat dilakukan atau terlalu
mahal, jika diinginkan mengisolasi bahan untuk karakterisasi, atau memurnikan
senyawa untuk proses selanjutnya. Secaragaris besar, proses pemisahan secara ekstraksi
tersiri atas 3 langkah dasar yaitu 1) penambahan sejumlah massa solven untuk
dikontakkan dengan sampel, 2) solute akan terpisah dari sampel dan larut oleh
solven membentuk fase ekstrak, 3) Pemisahan fase ekstrak dengan sampel (Majid
dan Nurkholis, 2008).
Ekstraksi
dengan pelarut organik lebih efektif dan dapat dilakukan secara perkolasi,
soxhletasi dan maserasi (Cakrawati, 2005).
Metabolit
sekunder adalah senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan dari metabolit primer
yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk pertahanan diri dari
lingkungan maupun dari serangan organisme lain (Murniasih, 2003).
Metabolit
sekunder mempunyai hasil lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit
primer.Metabolit sekunder juga sikenal sebagai hasil alamiah
metabolisme.Metabolisme sekunder biasanya tidak untuk semua sel secar
keseluruhan tetapi hanya untuk beberapa sel tertentu.Menurut biosintesisnya
metabolit sekunder dapat terbagi atas terpenoid (triterpenoid, steroid, dan
saponin), senyawa fenol (falvonoid dan tanin), dan alkaloid (Simbala, 2009).
Alkaloid merupakan golongan
terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan.Telah diketahui, sekitar
5.500 senyawa alkaloid yang tersebar di berbagai famili.Alkaloid merupakan
senyawa kimia bersifat basa yang mrngandung satu atau lebih atom nitrogen,
umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika mempunyai struktur kompleks dan
bercincin aromatic.Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak
mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga banyak digunakan dalam
pengobatan (Dewi, 2008).
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan terdahulu, senyawa yang berperanan sebagai obat dalam tumbuhan
adalah senyawa alkaloid.Dalam praktek medis kebanyakan alkaloid mempunyai nilai
tersendiri, disebabkan oleh sifat farmakologi dan kegiatan fisiologinya yang
menonjol sehingga dipergunakan luas dalam bidang pengobatan. Manfaat alkaloid
dalam bidang kesehatan antara lain adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan
atau menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi mikrobia. Metoda klasifikasi
alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur nitrogen yang
dikandungnya, yaitu: 1) Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom
nitrogennya berada dalam cincin heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi: alkaloid
pirolidin, alkaloid indol, alkaloid piperidin, alkaloid piridin, alkaloid
tropan, alkaloid histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid isokuinolin,
alkaloid kuinolin, alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin. 2)
Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina. 3)
Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina. 4) Alkaloid
peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida. 5) Alkaloid terpena
dan steroidal, contohnya funtumina (Widi dan Titin, 2007).
Tanaman merupakan salah satu
sumber daya yang penting dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan
kesehatan masyarakat.Bahkan sampai saat ini pun menurut perkiraan badan
kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan
tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman.Salah satu bahan
yang sedang dikembangkanadalah teh.Teh sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia
sebagai bahan minuman sehari-hari (Santoso et al, 2013).
Zat aktif yang membuat kopi
dan teh bernilai oleh manusia adalah kafein.Kafein adalah alkaloid, satu khas
dari senyawa yang terjadi di alam yang mengandung nitrogen dan mempunyai
sifatbasa amina organik.Di dalam daun teh juga terdapat kafein, dimana
kandungan kafein dalam daun teh sekitar 2%-5%.Kafein adalah salah satu jenis
alkaloid yang banyak terdapat di daun teh (Camelia
sinensis), biji kopi, (Coffea arabica),
dan biji coklat (Theobroma cacao)
(Dewi, 2008).
Kafein
bekerja dengan menstimulasi SSP (sistem saraf pusat), dengan efek menghilangkan
rasa letih, lapar dan mengantuk. Kafein dapat meningkatkan daya
konsentrasi dan kecepatan reaksi serta prestasi otak dan suasana jiwa
diperbaiki. Kafein juga dapat memperkuat daya konstraksi dari jantung,
vasodilatasi perifer dan diuretis (Tjay dan Rahardja, 2007).
Kafein
(1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang secara luas tersebar
di banyak jenis tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai produk
makanan dan minuman seperti teh, kopi dan coklat.Dalam bidang farmasi, kafein
biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant pernapasan dan juga
sebagai peluruh kencing (Yu et al,
2009).
2.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen
POM, 1979 : 96)
Nama Resmi : AQUA
DESTILLATA
Nama Lain : Air
suling
Rumus molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau,
tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan :
Zat tambahan dan pelarut.
2. Eter (Ditjen POM, 1979 : 66)
Nama Resmi : AETHER ANAESTHETICUS
Nama Lain : Eter
Rumus molekul : C4H10O
Berat Molekul : 74,12
Pemerian : Cairan transparan, tudak
berwarna, bau khas,
rasa manis dan membakar,
sangat mudah
menguap, sangat mudah
terbakar, campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogen oksida, pada
kadar tertentu dapat meledak.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat
bercampur
dengan etanol (95%)P, dengan
kloroform P,
dengan minyak lemak, dan dengan minyak atsiri.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya,
di tempat sejuk.
3. Kloroform (Ditjen POM, 1979 : 151)
Nama
resmi : CHLOROFORM
Nama
lain : Kloroform
RM /
BM : CHCl3 /
119,38
Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah
menguap, bau khas, rasa manis dan
membakar.
Kelarutan :Larut dalam lebih kurang 200
bagian air, mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian
besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
4. Natrium Hidroksida (Ditjen
POM, 1979 : 421)
Nama
Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama
Lain : Natrium hidroksida
Rumus
molekul : NaOH
Berat
Molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa
hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan meunjukkan susunan hablur, putih,
korosif, segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan
dalametanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan
5. Asam
sulfat (Ditjen POM, 1979 :58)
Nama Resmi :
ACIDUM SULFURICUM
Nama
Lain : Asam Sulfat
Rumus
molekul : H2SO4
Berat
Molekul : 98,07
Pemerian : Cairan
kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas.
Kelarutan : Sebagai pemberi suasana basa pada
pembuatan iodoform dan dapat melembutkan
kulit.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
6. Amonia (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama
Lain : Amonia
Rumus
molekul : NH3
Berat
Molekul : 17,05
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, bau khas
menusuk kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk.
7. Amonium Hidroksida (Ditjen
POM, 1979 : 86)
Nama Resmi : AMMONIUM
HYDROXYDUM
Nama
Lain : Amonium
Hidroksida
Rumus
molekul : NH4OH
Berat
Molekul : 35,05
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat.
Kelarutan : Mudah
larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat, di tempat sejuk.
8. Etanol
(Ditjen POM, 1979 : 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama
Lain : Etanol, alkohol
Rumus
molekul : C2H5OH
Berat
Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan
tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air, dalam
kloroform
P, dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya,
di tempat sejuk, jauh nyala api.
9. Indikator
Metil Merah (Ditjen POM,
1995 : 705)
Nama Resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama Lain : Metil merah
RM : C15H15N2O3
BM : 305,76
Pemerian : Serbuk merah
gelap
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dan larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator.
10. Asam sulfat (Ditjen POM, 1979: 58)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul :
H2SO4
Berat molekul :
98,07
Pemerian : cairan kental seperti
minyak, korosit, tidak
berwarna,
jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan
panas.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan :
Zat tambahan
11.
Coffeinum (Ditjen POM, 1979:175)
Nama resmi : COFFEINUM
Nama lain :
kofein
Rumus molekul :
C8H10N4O2
Berat molekul :
194,19
Pemerian : serbuk hablur berbentuk jarum,
meningkat biasanya
menggumpal
putih, tidak berbau, rasa
pahit.
Kelarutan :
agak sukar larut dalam air dan etanol
95% P, mudah larut dalam
kloroform P.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan :
Stimulan saraf pusat kardiafik.
12.
Natrium
Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 105)
Nama
resmi
: Natrium Hydroxydium
Nama
Lain
: Natrium hidroksida
Rm/Bm
: NaOH/40.00
Pemerian
: Bentuk batang,massa hablur atau keeping-
keping ,rapuh dan mudah meleleh
basah,sangat Alkalis dan korosif,
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air
dan etanol
(95%)
Penyimpanan
: Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali
jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih
dari 2,5% NaCO3
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
2.3 Uraian sampel
· Klasifikasi
Teh
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas :
Dialypetalae
Ordo :
Clusiales
Familia :
Theaceae
Genus :
Camellia
Spesies : Camellia
sinensis
· Komposisi teh sari murni : teh hitam
dan vanila.
2.4 Prosedur kerja (Anonim, 2015)
Timbang sebanyak 10 gram daun teh dalam
bentuk bubuk kasar masukkan dalam labu soklet atau alat maserasi. Selanjutnya
dilakukan penyarian dengan membasahi bahan tersebut dengan campuran 8 ml
ammonium hidroksida P, 10 ml etanol 95% dan 20 ml eter, campur dengan baik,
lalu dimaserasi selama semalam. Setelah itu dilakukan penyarian dengan eter
selama 3 jam.
Pindahkan sari eter yang mengandung alkaloida
ke dalam corong pisah, bilas labu dengan sedikit eter dan kumpulkan ke dalam
corong pisah yang lain. Sari alkaloida dalam fasa air dengan 10 ml asam sulfat
0.5 N sebanyak 5 kali, sambil disaring fasa air itu dimasukkan ke dalam corong
pisah. Tambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis.
Sari fasa air dengan 10 kloroform sebanyak 5 kali. Kumpulkan sari kloroform dan
uapkan di atas waterbath sampai kering. Larutkan residu dalam beberapa
milliliter bkloroform, tambahkan 15,0 ml larutan baku H2SO4 0,2
N, panaskan untuk menghilangkan kloroform, dinginkan, tambahkan larutan
indikator metil merah, lalu titrasi kelebihan asam dengan larutan baku NaOH 0,2
N.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat soklet/maserasi, buret,
corong biasa, corong pisah, Erlenmeyer, gelas kimia, labu tentukur/labu takar,
oven, penangas air, pipet volum dan timbangan.
3.2
Bahan
yang digunakan
Adapun
bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, ammonia 10%, ammonium hidroksida,
aquadest, dietileter, etanol 95%, indikator metal merah, larutan baku H2SO4
0.2 N, larutan baku NaOH 0.2 N, larutan H2SO4 0.5
N, kloroform, dan sampel sediaan obat (papaverin dan fenobarbital).
3.3 Cara
Kerja
Ditimbang sebanyak 10 gram daun
teh dalam bentuk bubuk kasar dimasukkan dalam labu soklet
atau alat maserasi. Selanjutnya dilakukan penyarian dengan dibasahi bahan tersebut dengan
campuran 8 ml ammonium hidroksida P, 10 ml etanol 95% dan 20 ml eter, dicampur dengan baik, lalu
dimaserasi selama semalam. Setelah itu dilakukan penyarian dengan eter selama 3
jam.
Dipindahkan
sari eter yang mengandung alkaloida ke dalam corong pisah, dibilas labu dengan sedikit
eter dan dikumpulkan
ke dalam corong pisah yang lain. Sari alkaloida dalam fasa air dengan 10 ml
asam sulfat 0.5 N sebanyak 5 kali, sambil disaring fasa air itu dimasukkan ke
dalam corong pisah.Ditambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas
bereaksi alkalis.Sari fasa air dengan 10 kloroform sebanyak 5 kali.Dikumpulkan
sari kloroform dan diuapkan di atas waterbath sampai kering. Dilarutkan residu
dalam beberapa milliliter bkloroform, ditambahkan 15,0 ml larutan baku H2SO4
0,2 N, dipanaskan untuk menghilangkan kloroform, didinginkan, larutan
indikator metal merah, lalu dititrasi kelebihan asam dengan larutan baku NaOH
0,2 N.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Nama Sampel
|
V Titran (mL)
|
1
|
Teh Cap botol
|
4,7
|
2
|
Teh Sari Murni
|
7,1
|
Dik
: N NaOH = 0,2 N
BM
kafein = 194,19
Valensi
kafein = 10
Teh
cap botol
BE
Wkafein
= NNaOH x VNaOH x BEkafein
=
0,2 N x 4,7 mL x 19,419
=
18,253
%
kafein =
=
=182,53
%
Teh
Sari Murni
BE
Wkafein
= NNaOH x VNaOH x BEkafein
=
0,2 N x 7,1 mL x 19,419
=
27,574
%
kafein =
=
=
275,74 %
4.2 Pembahasan
Kafein adalah senyawa
golongan alkaloid yang mengandung nitrogen dan mempunyai sifat basa amina
organik. Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) dan
mehylxantin secara luas tersebar di banyak jenis tumbuhan. Kafein
merupakan senyawa alkaloida turunan xantine (basa purin) yang berwujud kristal
berwarna putih. Kafein dapat disintesis dari dimetil urea dan asam malonat.
Kafein dalam tanaman disintesis dari xanthosin melalui 3 tahap N-metilasi,
dimana tahap metilasi ini dibantu oleh aktivitas enzimya itu enzim metal transferase.
Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan kadungan kafein di dalam sampel teh cap botol
yang berupa serbuk kasar daun teh. Di dalam daun teh terdapat
kandungan kafein sebesar 2%-5%. Sebelum
dilakukan ekstraksi pelarut pada daun teh, terlebih dahulu daun teh
dikeringkan. Fungsi pengeringan daun teh yaitu untuk mengurangi kadar air yang
dikandung didalamnya dan mengurangi reaksi enzimatis agar tidak ditumbuhi
mikroba seperti bakteri dan jamur serta mengecilkan ukuran partikel agar luas
permukaannya semakin besar. Namum, disini kita memakai sampel yang telah siap
dipakai sehingga tidak memerlukan pengeringan.
Selanjutnya
dilakukan maserasi pada sampel. Maserasi dilakukan selama 24 jam untuk
memaksimalkan perendamannya agar senyawa-senyawa yang ditarik lebih maksimal.
Maserasi dilakukan dengan multikomponen pelarut, yaitu ammonium hidroklorida +
etanol 95%- eter. Pada dasarnya maserasi berfungsi menarik senyawa-senyawa yang
terkandung dalam sampel dan dalam tanaman ada yang bersifat polar, semipolar
hingga nonpolar, sehingga digunakan 3 macam pelarut dengan tingkat kepolaran
berbeda untuk menarik senyawa-senyawa tersebut. Pada maserasi digunakan dua
kali volume pelarut agar komponen-komponen senyawa yang ditarik menjadi lebih
besar.
Setelah
didapatkan maseratnya, maserat ini diektraksi lagi dengan eter selama 3 jam.
Eter berfungsi untuk menarik senyawa-senyawa alkaloid, karena kafein senyawa
yang tidak larut air tetapi dalam air mendidih sehingga akan larut dalam eter.
Setelah ekstraksi, kemudian akan terpisah menjadi fase atas dan fase bawah.
Fase bawah adalah eter yang diambil kembali lalu diekstraksi lagi dengan H2SO4.
H2SO4 berfungsi untuk mengikat alkaloid dan
merubahnya menjadi garam alkaloid. Lalu terpisah lagi menjadi fase H2SO4
+ eter dengan fase air. Terjadinya fase air disini karena pada saat
pengenceran H2SO4 menggunakan air, sehingga senyawa H2SO4 dan eter akan
bergabung dan fase air terpisah. Di dalam fase air terdapat alkaloid, sehingga
fase yang diambil adalah fase air. Fase air lalu dimasukkan ke dalam corong
pisah dan ditambahkan amonia 10 % sampai bereaksi alkali. Fungsi amonia disini
untuk mengendapkan kafein. Kemudian ditambahkan senyawa kloroform untuk dapat
melarutkan kafein. Amonia (NH3) bereaksi dengan H+ dan
menariknya lalu bersatu dan larut dalam
kafein. Amonia lalu terpisah dengan fase lainnya. Diambil fase kloroform yang
didalamnya terdapat alkaloid, lalu diuapkan dengan pelarut kloroform untuk
menghilangkan pelarutnya sehingga terpisah senyawa dengan pelarutnya. Residu lalu
dilarutkan dengan beberapa tetes kloroform dengan larutan baku H2SO4
untuk melarutkan alkaloidnya. Kemudian dipanaskan lagi untuk memisahkan
kloroform dengan alkaloid, lalu ditambahkan dengan indicator metil merah, dititrasi
dengan NaOH dandidapatkan volume titrasinya yaitu 4,7untukteh cap botoldan 7,1
mL untukteh sari murni.Setelahitutentukankadar kafein.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar kafein dalam teh cap
botol sebanyak 182,53% dan pada teh cap sariwangi sebanyak 275,74%.
5.2
Saran
Sebaiknya asisten selalu mendampingi
praktikannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Analisis
Farmasi Kuantitatif. Laboratorium Kimia Farmasi. Universitas Muslim Indonesia.
Makassar.
Cakrawati,
D. 2005. “Pengaruh Pra Fermentasi
dan Suhu Maserasi Terhadap Beberapa Sifat Fisikokimia Minyak Kasar Kluwak”.Universitas Padjajaran. Surabaya.
Dewi, Mainora Rahayu. 2008. “Penentuan
Kandungan Kafein Pada Daun The (Camellia
sinensis)”. Tesis. Universitas
Andalas
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
Majid, NT. dan Nurkholis. 2008. “Pembuatan
The Rendah Kafein Melalui Proses Ekstraksi Dengan Pelarut Etil Asetat”. Makalah Penelitian.Universitas
Diponegoro.
Murniasih,
tutik.. 2003. “Metabolit Sekunder Dari Spons Sebagai Bahan Obat-Obatan”. Oseana,Vol. 28 (3).
Nurhayati,
Y., Gebi D., Iqbal M. 2004.“Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Metabolit Sekunder
Turunan Flavonoid dari Kulit Batang Ficus
virens Ait.(Moraceae)”. Seminar Nasional dan Penelitian dan
Pendidikan Kimia. Bandung.
Purwantini,
I., Rima M., Naniek D. 2007. “Kombinasi
Daun Teh dan Mangkokan Sebagai Penumbuh Rambut”.Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Santoso,
S., Miftakhul, C. dan Satria, AP. 2013.“Efektivitas
Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
Sinensis) Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro”. Jurnal Penelitian.
Simbala,
Herny E. I. 2009.“Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat
Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka”.Journal. Vol. 1(14).
Tjay,
T. H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat
Penting Edisi VI.Elex Media Komputindo. Jakarta.
Widi,
RK. dan Titin, I. 2007. “Penjaringan
dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr)”.Jurnal Ilmu Dasar.Vol. 8(1).
Yu
Chi Li, Tai Man Louie, Ryan Summers, Yogesh Kale, Sridhar Gopishetty, and
Mani Subramanian. 2009. “ Two Distinct Pathways for Metabolism of
Theophylline and Caffeine Are Coexpressed in Pseudomonas putida
CBB5”, Journal Of Bacteriology, Vol. 191 (14).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar