Jumat, 15 April 2016

PEMERIKSAAN ASAM URAT DALAM SERUM

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di dalam darah, serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair dari susu yang membeku pada proses pembuatan keju.
Telah menjadi perdebatan dalam beberapa tahun terakhir ini akan peran asam urat dalam penyakit ginjal dan kardio-vaskuler. Beberapa penelitian besar telah melaporkan pengaruh asam urat tinggi risiko penyakit kardio-vaskuler dan infark miokard. Hiperuresemia yang disebabkan oleh penyakit ginjal, sering dianggap sebagai pertanda dari gangguan fungsi ginjal daripada sebagian faktor risiko progresivitas penyakit ginjal.
Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat, disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai (gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi yang berlebihan atau ekresi yang menurun (seperti pada gagal ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan keganasan, terjadi turnover purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah alkohol, leukemia, karsinoma metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian diuretik.
Baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Sebagian besar asam urat dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil dieksresi melalui saluran cerna. Asam urat akan mengalami supernaturasi atau kristalisasi dalam urine yang akan membentuk batu  saluran kencing sehingga menghambat sistim dari fungsi ginjal. Hiperuresemia terjadi karena produksi berlebihan atau eksresi yang menurun. Serangan arthritis akut terjadi bila kristal asam urat dibebaskan di cairan sinovia yang diprovokasi oleh perubahan asam urat dalam serum.
1.2  Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pemeriksaan asam urat dalam serum
1.3  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar asam urat dalam serum dan menginterpretasikannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asam Urat
Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat di tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman  (sayuran, buah, kacang –kacangan) ataupun hewan ( daging, jeroan, ikan sarden ) (Indriawan, 2009).
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan dari metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan berperan sebagai prooksi dan (McCrudden Francis H, 2000).
Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat, disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai (gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi yang berlebihan atau ekresi yang menurun (seperti pada gagal ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan keganasan, terjadi turnover purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah alkohol, leukemia, karsinoma metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian diuretik (Pagana, 2001).
Pada umumnya para pria lebih banyak terserang asam urat, dan kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan pada wanita prosentasenya lebih kecil, dimana peningkatannya juga cenderung berjalan sejak dimulainya masa menopause. Ini karena wanita mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. Sementara pada pria, asam uratnya lebih tinggi karena tidak memiliki hormon estrogen (Riswanto, 2010).
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin ( bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh (Indriawan, 2009).
Dalam keadaan normalnya 90 % dan hasil metabolit nukleotida adenine, guanine, dan hipoxantin akan digunakan kembali sehingga akan terbentuk kembali masing – masing menjadi adenosine monophosphate (AMP), inosine monophospate (IMP) dan guanosine monophosphate (GMP) oleh adenine phosribosyl transferase (APRT) dan tipoksantin guanne phosphoribosyl transferase (HPGAT). Hanya sisanya akan diubah manjadi xantin dan selanjutnya akan diubah menjadi asam urat oleh enzim xantin oksidase (Sustrani, 2007).
Pemeriksaan asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan serum atau plasma heparin, maupun urine. Spesimen berupa serum atau plasma heparin diambil dari 3 – 4 ml darah yang berasal dari pembuluh vena, kemudian dimasukkan dalam tabung tertutup. Kadar asam urat dalam serum atau plasma dapat diukur dengan metode  kolorimetri menggunakan fotometer. Serum yang akan digunakan harus disentrifuge terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya hemolisis. Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat, yaitu untuk laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl, perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl, saat dalam kondisi panik > 12 mg/dl, dan untuk anak – anak 2,5 – 5,5 mg/dl, serta lansia 3,5 – 8,0 mg/dl. (Riswanto, 2010).
Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk filtrasi, direabsorbsi sebagian, dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum bergantung pada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupandiet makanan yang mengandung purin (Hamdani, 2012).
1.2  Data Klinis
Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat, yaitu (Riswanto, 2010):
1.     Laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl
2.     Perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl
3.     Saat dalam kondisi panik > 12 mg/dl
4.     Anak – anak 2,5 – 5,5 mg/dl
5.     Lansia 3,5 – 8,0 mg/dl
2.3 Interpretasi Data Klinis
1.   Hiperurisemia dapat terjadi pada leukimia, limfoma, syok, kemoterapi, metabolit asidosis dan kegagalan ginjal yang signifikan akibat penurunan eksresi atau peningkatan produksi asam urat.
2.   Nilai asam urat dibawah normal tidak bermakna secara klinik.
3.   Obat yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah meliputi ; tiazid, salisilat (<2 g/hari), etambutol, niasin dan siklosporin.
4.   Obat yang dapat menurunkan kadar asam urat darah meliputi : allopurinol, probenesid, sulfinpirazon dan salisilat (>3 g / hari).
Hiperurisemia lebih banyak didapatkan pada laki-laki (19,7%) dibandingkan pada perempuan (7,9%). Dalam keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat saat pubertas. Pada wanita kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar serum urat meningkat seperti pada pria (Sylvia, 2006).
Macam hiperurisemia ada dua, yaitu :
1.    Hiperurisemia primer
- Peningkatan produksi purin
a)    Idiopatik
b)    Kelainan enzim tertentu (sindrom Lesch-Nyhan, penyakit glikogen)
- Penurunan klirens asam urat
Hiperurisemia primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat (Price and Wilson, 2005).
Peningkatan tersebut dikarenakan berbagai kelainan enzim, dan penurunan eksresi disebabkan adanya defisit selektif pada transport asam urat oleh tubulus ginjal (Ganong, 2000).
2.    Hiperurisemia sekunder.
-  Penurunan katabolisme dan perubahan purin
a)    Mieloproliferatif
b)    Limfoproliferatif
c)    Karsinoma dan sarkoma
d)    anemia hemolitik kronik
e)    Obat sitotoksin
f)     Psoriasis
- Penurunan klirens asam urat
a)     Induksi obat (tiazid, probenesid)
b)     Hiperlaktisasidemia (lactis asidosis, alkohol)
c)     Hiperketosedemia (diabetes ketoasidosis)
d)     Diabetes insipidus (vasopresin-resisten)
e)     Sindrom barrier’s
Hiperurisemia sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu (Price dan Wilson, 2005)
Penyakit asam urat digolongkan menjadi 2, yaitu (Sustrani, 2007):
a.   Penyakit gout primer, yaitu kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga disebabkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b.   Penyakit gout sekunder, yaitu meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi (mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi).
2.4 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a.    Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b.    Menurunnya ekskresi asam urat.
c.    Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
 Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout.  Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.





BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang di pakai pada praktikum ini adalah kuvet, mikropipet, sentrifuge, spektro UV-Vis, spoit, tabung reaksi, tabung sentrifuge.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah Aquades, reagen asam urat dan serum.
3.3 Cara Kerja
1.    Penyiapan Serum
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge. Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm. Setelah terbentuk 2 lapisan, diambil serum darah dan dimasukkan ke dalm tabung reaksi.
2.    Pengukuran Absorban Blanko
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dipipet 5 µL aquadest ke dalam kuvet. Ditambahkan 200 µL reagen R (asam urat) kemudian dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC. Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm. Di catat hasilnya.
3.    Pengukuran Absorban Standar
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dipipet 5 µL larutan standart ke dalam kuvet. Ditambahkan 200 µL reagen R (asam urat)  kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC. Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm. Di catat hasilnya.
4.    Pengukuran Absorban Sampel
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dipipet 5 µL serum darah ke dalam kuvet. Ditambahkan 200 µL reagen R (asam urat) kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC. Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm. Dicatat hasilnya dan dihitung konsentrasinya dengan rumus :
         Albumin =




BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1      Hasil Praktikum
Kelompok
Absorban sampel

1
0,040
2
0,012
3
0,015
4
0,018
            Absorban standar              = 0,521 mg/dL
            Konsentrasi standar         = 6 g/dL
4.2      Perhitungan
a.    Kelompok I
Albumin =   x konsentrasi standar
=  x 6 mg/dL
= 7,272 mg/dL
b.    Kelompok II
Albumin =   x konsentrasi standar
                     =  x 6 mg/dL
= 2,181 mg/dL
c.    Kelompok III
Albumin  =   x konsentrasi standar
=  x 6 mg/dL
= 2,727 mg/dL
d.    Kelompok IV
Albumin  =   x konsentrasi standar
=  x 6 mg/dL
= 3,272 mg/dL



4.2   Pembahasan              
Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat di tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman  (sayuran, buah, kacang –kacangan) ataupun
hewan (daging, jeroan, ikan sarden).
Pembentukan asam urat dalam darah juga dapat meningkat yang disebabkan oleh factor dari luar tertama makanan dan minuman yang merangsang pembentukan asam urat. Adanya gangguan dalam proses ekskresi dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan asam urat di dalam ginjal dan persendian. Jalur kompleks pembentukan asam urat dimulai dari ribose 5-phosphate, suatu pentose yang berasal dari glycidic metabolism, dirubah menjadi PRPP (phosphoribosyl pyrophosphate) dan kemudian phosphoribosilamine, lalu ditransformasi menjadi inosine monophosphate (IMP). Dari senyawa perantara yang berasal dari adenosine monophosphate (AMP) dan guanosine monophosphate (GMP), purinic nucleotides digunakan untuk sintesis DNA dan RNA, serta inosine yang kemudian akan mengalami degradasi menjadi hypoxanthine, xanthine dan akhirnya menjadi uric acid.
Sebelum dilakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm, hal ini dilakukan untuk memisahkan antara serum dan plasma darah.
Pada percobaan ini yang diambil adalah serumnya setelah darah disentrifuge, alasan pengambilan serum karena di bagian serum itu terdapat asam urat dan apa bila bagian yang mengendapnya diambil sulit untuk dibaca oleh alat spektrofometer.
Adapun cara kerjanya yaitu pertama disiapkan larutan blanko lalu dipipet 5 µL aquadest ke dalam kuvet lalu ditambahkan 200 µL reagen R Asam urat lalu diinkubasi pada suhu 37o selama 5 menit diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm. Setelah itu dilakukan pengukuran absorban standar, pertama disiapkan alat dan bahan lalu dipipet 5 µL larutan standar ke dalam kuvet kemudian ditambahkan 200 µL reagen R, diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit lalu diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm. Kemudian untuk pengukuran absorban sampel, pertama disiapkan alat dan bahan lalu dipipet 5 µL serum ke dalam kuvet ditambahkan 200 µL reagen R lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit lalu diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm.
Alasan penggunaan reagen R karena reagen R merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran asam urat dan alasan dilakukan inkubasi pada suhu ruangan selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik.
Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat, yaitu untuk laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl dan perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl.
Dari hasil praktikum dapat diperoleh nilai kadar asam urat kelompok 1 yaitu 7,272 µL nilai ini melebihi batas normal jadi  disimpulkan bahwa probandus kelompok 1 dapat didiagnosa mengalami hiperurisemia, sedangkan nilai kadar asam urat kelompok 2 yaitu 2,181 µL, kadar asam urat kelompok 3 yaitu 3,272 µL, dan kadar asam urat kelompok 4 yaitu 2,727 µL. Untuk kelompok 2,3 dan 4 kadar asam uratnya masih normal.


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa Kadar  asam urat tiap kelompok yaitu :
Kelompok I         = 7,272 µL
Kelompok II        = 2,181 µL
Kelompok II        = 3,272 µL
Kelompok IV      = 2,727 µL
Dengan Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat, yaitu untuk laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl dan perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl dapat disimpulkan bahwa probandus dari kelompok I melebihi kadar normal dan dapat di interpretasikan mengalami hiperurisemia.
5.2 Saran
Seharusnya alat dan bahan dilengkapi, sehingga lebih mengefesienkan waktu.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Klinik, Universitas Muslim Indonesia,Makassar.

Ganong, W. F., 2000. Fisiologi Kedokteran, terjemahan Adrianto, P., Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hamadani. 2012. Kadar asam urat normal dalam darah. Yogyakarta.
Hamdani, S, 2012, Diktat Praktikum Kimia Analisis, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Bandung

Indriawan,2009.Penyakit.asamurat/gout.unikom.ac.id/repo/sector/kampus/view/blog/key/.../Penyakit.

McCrudden, Francis H. 2000, Uric Acid. Penterjemah Suseno Akbar Salemba Medika: Yogyakarta.
Pagana KD, Mosby’s, 2001, Diagnostic and Laboratory Test Reference 5thEd. Mosby, Inc. St. Louis

Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC.

Riswanto, 2010, Pemeriksaan Laboratorium asam urat. Diakses 11 juni 2015 dari http://labkesehatan.blogspot.com/ 2010/10/asam-urat.html

Sylvia, A., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6, EGC, Jakarta

Sustrani, 2007, Asam urat, Jakarta, PT     Gramedia, Pustka Utama




LAMPIRAN
1.     Skema Kerja

a.   Penyiapan serum
Text Box: Darah
 


                         
                            Dimasukkan dalam tabung sentrifuge

  Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm

  Diambil serum darah dan dimasukkan ke dalm tabung reaksi.

b.  Text Box: SerumPengukuran absorban blanko
   
Dipipet 5 µL aquadest ke dalam kuvet
Ditambahkan 200 µL reagen R (asam urat) kemudian dihomogenkan
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC  
Diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm
c.  Text Box: SerumPengukuran absorban standar
   
Dipipet 5 µL larutan standar ke dalam kuvet
Ditambahkan 200 µL reagen R (asam urat) kemudian dihomogenkan
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC  
Diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm
Text Box: Diperoleh nilai absorban standar yaitu 0,052
 






d.  Text Box: SerumPengukuran absorban sampel
   
Dipipet 5 µL serum ke dalam kuvet
Ditambahkan 200 µL reagen R (asam urat) kemudian dihomogenkan
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC  
Diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm
Text Box: Diperoleh nilai absorban standar yaitu 0,012
  



 






 


           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar