BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam darah, serum
adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair dari susu yang
membeku pada proses pembuatan keju.
Telah
menjadi perdebatan dalam beberapa tahun terakhir ini akan peran asam urat dalam
penyakit ginjal dan kardio-vaskuler. Beberapa penelitian besar telah melaporkan
pengaruh asam urat tinggi risiko penyakit kardio-vaskuler dan infark miokard.
Hiperuresemia yang disebabkan oleh penyakit ginjal, sering dianggap sebagai
pertanda dari gangguan fungsi ginjal daripada sebagian faktor risiko
progresivitas penyakit ginjal.
Asam urat
adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari
diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat
sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui
saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat, disebut hiperuresemia,
penderita akan mengalami pirai (gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi
yang berlebihan atau ekresi yang menurun (seperti pada gagal ginjal). Produksi
yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan keganasan, terjadi turnover
purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah alkohol,
leukemia, karsinoma metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia,
diabetes mellitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat
pemakaian diuretik.
Baik dari
diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Sebagian
besar asam urat dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil dieksresi
melalui saluran cerna. Asam urat akan mengalami supernaturasi atau kristalisasi
dalam urine yang akan membentuk batu
saluran kencing sehingga menghambat sistim dari fungsi ginjal.
Hiperuresemia terjadi karena produksi berlebihan atau eksresi yang menurun.
Serangan arthritis akut terjadi bila kristal asam urat dibebaskan di cairan
sinovia yang diprovokasi oleh perubahan asam urat dalam serum.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui cara pemeriksaan asam urat dalam serum
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukan percobaan ini
adalah untuk menentukan kadar asam urat dalam serum dan menginterpretasikannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asam Urat
Asam
urat adalah asam yang terbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir
dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh. Secara alamiah,
purin terdapat di tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup,
yakni makanan dari tanaman (sayuran,
buah, kacang –kacangan) ataupun hewan ( daging, jeroan, ikan sarden ) (Indriawan,
2009).
Asam urat adalah produk akhir atau
produk buangan yang dihasilkan dari metabolisme/pemecahan purin. Asam urat
sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam
jumlah berlebihan dalam darah akan mengalami pengkristalan dan dapat
menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya
tidak berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan
berperan sebagai prooksi dan (McCrudden Francis H, 2000).
Asam urat adalah senyawa nitrogen
yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam
nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar
dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika
kadar asam urat meningkat, disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami
pirai (gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi yang berlebihan atau
ekresi yang menurun (seperti pada gagal ginjal). Produksi yang berlebihan
didapatkan pada penderita dengan keganasan, terjadi turnover purin dan DNA
sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah alkohol, leukemia, karsinoma
metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus, gagal
ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian diuretik
(Pagana, 2001).
Pada
umumnya para pria lebih banyak terserang asam urat, dan kadar asam urat kaum
pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan pada wanita
prosentasenya lebih kecil, dimana peningkatannya juga cenderung berjalan sejak
dimulainya masa menopause. Ini karena wanita mempunyai hormon estrogen yang
ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. Sementara pada pria, asam
uratnya lebih tinggi karena tidak memiliki hormon estrogen (Riswanto, 2010).
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal – kristal
yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin ( bentuk turunan
nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti
sel – sel tubuh (Indriawan,
2009).
Dalam keadaan normalnya 90 % dan hasil metabolit
nukleotida adenine, guanine, dan hipoxantin akan digunakan kembali sehingga
akan terbentuk kembali masing – masing menjadi adenosine monophosphate (AMP),
inosine monophospate (IMP) dan guanosine monophosphate (GMP) oleh adenine
phosribosyl transferase (APRT) dan tipoksantin guanne phosphoribosyl
transferase (HPGAT). Hanya sisanya akan diubah manjadi xantin dan selanjutnya
akan diubah menjadi asam urat oleh enzim xantin oksidase (Sustrani, 2007).
Pemeriksaan
asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan serum atau plasma heparin, maupun
urine. Spesimen berupa serum atau plasma heparin diambil dari 3 – 4 ml darah
yang berasal dari pembuluh vena, kemudian dimasukkan dalam tabung tertutup.
Kadar asam urat dalam serum atau plasma dapat diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer. Serum yang
akan digunakan harus disentrifuge terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya
hemolisis. Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat,
yaitu untuk laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl, perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl, saat dalam
kondisi panik > 12 mg/dl, dan untuk anak – anak 2,5 – 5,5 mg/dl, serta
lansia 3,5 – 8,0 mg/dl. (Riswanto, 2010).
Asam
urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin
oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk filtrasi, direabsorbsi
sebagian, dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin.
Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum bergantung pada
fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupandiet makanan yang
mengandung purin (Hamdani, 2012).
1.2 Data Klinis
Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis
kuantitatif asam urat, yaitu (Riswanto, 2010):
1.
Laki – laki 3,5 – 7,0
mg/dl
2.
Perempuan 2,5 – 6,0
mg/dl
3.
Saat dalam kondisi
panik > 12 mg/dl
4.
Anak – anak 2,5 – 5,5
mg/dl
5.
Lansia 3,5 – 8,0
mg/dl
2.3 Interpretasi Data Klinis
1.
Hiperurisemia dapat terjadi pada leukimia,
limfoma, syok, kemoterapi, metabolit asidosis dan kegagalan ginjal yang
signifikan akibat penurunan eksresi atau peningkatan produksi asam urat.
2.
Nilai
asam urat dibawah normal tidak bermakna secara klinik.
3.
Obat
yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah meliputi ; tiazid,
salisilat (<2 g/hari), etambutol, niasin dan siklosporin.
4.
Obat
yang dapat menurunkan kadar asam urat darah meliputi : allopurinol, probenesid,
sulfinpirazon dan salisilat (>3 g / hari).
Hiperurisemia lebih banyak didapatkan pada laki-laki
(19,7%) dibandingkan pada perempuan (7,9%). Dalam keadaan normal kadar urat
serum pada pria mulai meningkat saat pubertas. Pada wanita kadar asam urat
tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu meningkatkan
ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar serum urat
meningkat seperti pada pria (Sylvia, 2006).
Macam
hiperurisemia ada dua, yaitu :
1. Hiperurisemia
primer
- Peningkatan
produksi purin
a)
Idiopatik
b)
Kelainan enzim tertentu
(sindrom Lesch-Nyhan, penyakit glikogen)
-
Penurunan klirens asam urat
Hiperurisemia primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat tubuh
yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat (Price and Wilson,
2005).
Peningkatan tersebut dikarenakan berbagai
kelainan enzim, dan penurunan eksresi disebabkan adanya defisit selektif pada
transport asam urat oleh tubulus ginjal (Ganong, 2000).
2. Hiperurisemia
sekunder.
- Penurunan
katabolisme dan perubahan purin
a) Mieloproliferatif
b) Limfoproliferatif
c) Karsinoma
dan sarkoma
d) anemia
hemolitik kronik
e) Obat
sitotoksin
f) Psoriasis
- Penurunan
klirens asam urat
a) Induksi
obat (tiazid, probenesid)
b) Hiperlaktisasidemia
(lactis asidosis, alkohol)
c) Hiperketosedemia
(diabetes ketoasidosis)
d) Diabetes
insipidus (vasopresin-resisten)
e) Sindrom
barrier’s
Hiperurisemia sekunder disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebih atau ekskresi asam urat yang berkurang
akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu (Price dan
Wilson, 2005)
Penyakit asam urat
digolongkan menjadi 2, yaitu (Sustrani, 2007):
a. Penyakit
gout primer, yaitu kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat atau bisa juga disebabkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat
dari tubuh.
b. Penyakit
gout sekunder, yaitu meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi
(mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi).
2.4 Patofisiologi
Adanya gangguan
metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi,
dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi
asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga
mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini
menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia
merupakan hasil :
a. Meningkatnya
produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya
ekskresi asam urat.
c. Kombinasi
keduanya.
Saat asam urat
menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut
akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi
atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut
tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan
inflamasi.
Pada penyakit gout
akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat tapi tidak akan
menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi
karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama
biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu
tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi
menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal
biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut,
dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan.
Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang
tidak teratur.
Periode
intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang
biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik
ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar
pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di
jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan
pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang di pakai pada praktikum ini
adalah kuvet, mikropipet, sentrifuge, spektro UV-Vis, spoit, tabung reaksi,
tabung sentrifuge.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang di gunakan pada praktikum
ini adalah Aquades, reagen asam urat dan serum.
3.3 Cara Kerja
1.
Penyiapan
Serum
Disiapkan
alat dan bahan, kemudian dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm. Setelah terbentuk 2
lapisan, diambil serum darah dan dimasukkan ke dalm tabung reaksi.
2. Pengukuran
Absorban Blanko
Disiapkan
alat dan bahan, kemudian dipipet 5 µL aquadest ke dalam kuvet. Ditambahkan 200
µL reagen R (asam urat) kemudian dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 550 nm. Di catat hasilnya.
3. Pengukuran
Absorban Standar
Disiapkan
alat dan bahan, kemudian dipipet 5 µL larutan standart ke dalam kuvet.
Ditambahkan 200 µL reagen R (asam urat) kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37oC. Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 550 nm. Di catat hasilnya.
4. Pengukuran
Absorban Sampel
Disiapkan
alat dan bahan, kemudian dipipet 5 µL serum darah ke dalam kuvet. Ditambahkan 200
µL reagen R (asam urat) kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC.
Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
550 nm. Dicatat hasilnya dan dihitung konsentrasinya dengan rumus :
Albumin =
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Praktikum
Kelompok
|
Absorban sampel
|
|
1
|
0,040
|
|
2
|
0,012
|
|
3
|
0,015
|
|
4
|
0,018
|
Absorban
standar = 0,521 mg/dL
Konsentrasi
standar = 6 g/dL
4.2 Perhitungan
a. Kelompok I
Albumin = x konsentrasi standar
= x 6 mg/dL
= 7,272 mg/dL
b. Kelompok II
Albumin
= x konsentrasi standar
= x 6 mg/dL
= 2,181 mg/dL
c. Kelompok III
Albumin
= x konsentrasi standar
= x 6 mg/dL
= 2,727 mg/dL
d. Kelompok IV
Albumin
= x konsentrasi standar
= x 6 mg/dL
= 3,272 mg/dL
4.2 Pembahasan
Asam urat adalah asam
yang terbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme
purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat pada inti sel – sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat di
tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari
tanaman (sayuran, buah, kacang
–kacangan) ataupun
hewan (daging,
jeroan, ikan sarden).
Pembentukan asam urat dalam
darah juga dapat meningkat yang disebabkan
oleh factor dari luar tertama makanan dan minuman yang merangsang pembentukan asam
urat. Adanya gangguan dalam proses ekskresi
dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan asam urat di dalam ginjal dan persendian. Jalur
kompleks pembentukan asam urat dimulai dari ribose 5-phosphate, suatu
pentose yang berasal dari glycidic metabolism, dirubah menjadi PRPP
(phosphoribosyl pyrophosphate) dan kemudian phosphoribosilamine,
lalu ditransformasi menjadi inosine monophosphate (IMP). Dari
senyawa perantara yang berasal dari adenosine monophosphate (AMP) dan
guanosine monophosphate (GMP), purinic nucleotides digunakan
untuk sintesis DNA dan RNA, serta inosine yang kemudian akan mengalami
degradasi menjadi hypoxanthine, xanthine dan akhirnya menjadi uric
acid.
Sebelum dilakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu
darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm, hal ini dilakukan
untuk memisahkan antara serum dan plasma darah.
Pada
percobaan ini yang diambil adalah serumnya setelah darah disentrifuge, alasan
pengambilan serum karena di bagian serum itu terdapat asam urat dan apa bila
bagian yang mengendapnya diambil sulit untuk dibaca oleh alat spektrofometer.
Adapun
cara kerjanya yaitu pertama disiapkan larutan blanko lalu dipipet 5 µL aquadest
ke dalam kuvet lalu ditambahkan 200 µL reagen R Asam urat lalu diinkubasi pada
suhu 37o selama 5 menit diukur absorban pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 550 nm. Setelah itu dilakukan pengukuran absorban standar,
pertama disiapkan alat dan bahan lalu dipipet 5 µL larutan standar ke dalam
kuvet kemudian ditambahkan 200 µL reagen R, diinkubasi pada suhu 37oC
selama 5 menit lalu diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
550 nm. Kemudian untuk pengukuran absorban sampel, pertama disiapkan alat dan
bahan lalu dipipet 5 µL serum ke dalam kuvet ditambahkan 200 µL reagen R lalu
diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit lalu diukur absorban pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm.
Alasan penggunaan reagen R karena reagen R merupakan
reagen yang spesifik untuk pengukuran asam urat dan alasan dilakukan inkubasi
pada suhu ruangan selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan
sampel dapat bercampur dengan baik.
Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis
kuantitatif asam urat, yaitu untuk laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl dan perempuan
2,5 – 6,0 mg/dl.
Dari hasil praktikum
dapat diperoleh nilai kadar asam urat kelompok 1 yaitu 7,272 µL nilai ini melebihi
batas normal jadi disimpulkan bahwa
probandus kelompok 1 dapat didiagnosa mengalami hiperurisemia, sedangkan nilai
kadar asam urat kelompok 2 yaitu 2,181 µL, kadar asam urat kelompok 3 yaitu
3,272 µL, dan kadar asam urat kelompok 4 yaitu 2,727 µL. Untuk kelompok 2,3 dan
4 kadar asam uratnya masih normal.
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di
simpulkan bahwa Kadar asam urat tiap kelompok yaitu :
Kelompok
I = 7,272 µL
Kelompok
II = 2,181 µL
Kelompok II =
3,272 µL
Kelompok
IV = 2,727 µL
Dengan Nilai
rujukan yang digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat, yaitu untuk laki –
laki 3,5 – 7,0 mg/dl dan perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl
dapat disimpulkan bahwa probandus dari kelompok I melebihi kadar normal dan
dapat di interpretasikan mengalami hiperurisemia.
5.2 Saran
Seharusnya alat dan bahan dilengkapi,
sehingga lebih mengefesienkan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Klinik,
Universitas Muslim Indonesia,Makassar.
Ganong, W. F., 2000. Fisiologi Kedokteran, terjemahan Adrianto, P., Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Hamadani.
2012. Kadar asam urat normal dalam darah. Yogyakarta.
Hamdani,
S, 2012, Diktat Praktikum Kimia Analisis,
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Bandung
Indriawan,2009.Penyakit.asamurat/gout.unikom.ac.id/repo/sector/kampus/view/blog/key/.../Penyakit.
McCrudden,
Francis H. 2000, Uric Acid. Penterjemah Suseno Akbar Salemba Medika:
Yogyakarta.
Pagana KD,
Mosby’s, 2001, Diagnostic and Laboratory
Test Reference 5thEd. Mosby, Inc. St. Louis
Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Vol.2. Jakarta : EGC.
Riswanto,
2010, Pemeriksaan Laboratorium asam urat.
Diakses 11 juni 2015 dari http://labkesehatan.blogspot.com/ 2010/10/asam-urat.html
Sylvia, A.,
2006, Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Ed.6, EGC, Jakarta
Sustrani,
2007, Asam urat, Jakarta, PT Gramedia, Pustka Utama
LAMPIRAN
1.
Skema Kerja
a. Penyiapan serum
Dimasukkan dalam tabung sentrifuge
Disentrifuge
selama ± 15 menit
pada kecepatan 6000 rpm
Diambil serum darah dan
dimasukkan ke dalm tabung reaksi.
b. Pengukuran absorban blanko
Dipipet 5 µL aquadest ke dalam kuvet
Ditambahkan 200 µL reagen R (asam
urat) kemudian dihomogenkan
Diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37oC
Diukur absorbannya pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm
c. Pengukuran absorban standar
Dipipet 5 µL larutan standar ke dalam kuvet
Ditambahkan 200 µL reagen R (asam
urat) kemudian dihomogenkan
Diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37oC
Diukur absorbannya pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm
d. Pengukuran absorban sampel
Dipipet 5 µL serum ke dalam kuvet
Ditambahkan 200 µL reagen R (asam
urat) kemudian dihomogenkan
Diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37oC
Diukur absorbannya pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar