Jumat, 15 April 2016

LAPORAN PRAKTIKUM URINE

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan seperti urin. Data ekskresi obat lewat urin dapat dipakai untuk memperkirakan produk obat. Tiap cuplikan ditetapkan kadar obat bebas dengan cara spesifik. Kemudian dibuat grafik yang menghubungkan kumulatif obat yang diekskresi terhadap jarak waktu pengumpulan.
Pada praktikum ini akan membahas tentang ekskresi obat melalui urin. Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.
Dalam farmakokinetik, urine dapat digunakan sebagai salah satu objek pemeriksaan selain plasma darah, untuk penentuan beberapa parameter farmakokinetik.
B.    Maksud praktikum
Menganalisis parameter farmakokinetik obat paracetamol setelah pemberian dosis tunggal menggunakan data ekskresi obat lewat urine.
C.    Tujuan praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan parameter farmakokinetik obat paracetamol setelah pemberian dosis tunggal menggunakan data ekskresi obat lewat urine.
D.    Prinsip praktikum
Prinsip kerja dari praktikum ini adalah sebelum probandus meminum obat diambil urin kemdian diminmkan obat dan diambil urin probandus pada menit 30, 60, dan 90, diukur absorbannya kemudian diukur parameter farmakokinetiknya.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Teori umum
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi, dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif, merupakan proses eliminasi obat (Setiadi,2007).
Proses eksresi obat lewat ginjal meliputi filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, reabsorpsi tubular (Shargel, 2005).
1.  filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium selanjutnya ke kapsula bowman (Corwin,2000).
Plasma darah yang mengalir dalam filtrasi glomerulus akan ditekan pada glomerulus sehingga menjadi urin primer ,suatu ultrafiltrat yang hampir bebas protein (Mutschler,1991).
Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat yang minus protein jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein tetap tinggal dalam darah (Ganiswarna,2007).
Di glomerulus gaya utama yang mendorong filtrasi adalah tekanan kapiler. Di sebagian besar kapiler lainnya tekanan ini rata-rata berukuran 18 mmHg, di glomerulus tekanan rerata hampir mencapai 60 mmHg (Corwin,2000).
Sebagian besar gaya penggerak untuk filtrasi glomerulus adalah tekanan hidrostatik dalam kapiler-kapiler glomerulus, ginjal menerima pasokan darah yang besar (kira-kira 25% curah jantung melalui arteri ginjal dengan penurunan tekanan hidrostatik yang sangat kecil. (Shargel, 2005).
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate,GFR) didefinisikan sebagai volume filtrat yang masuk kedalam kapsula bowman per satuan waktu (Corwin,2000).
Laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat diukur dengan menggunakan suatu obat yang dieliminasi hanya dengan filtrasi (tidak direabsorpsi atau disekresi). Contohnya seperti inulin dan kreatinin, dimana klirens inulin sama dengan laju filtrasi glomerulus 125-130 ml/menit (Shargel, 2005).
2.  Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus proksimal terjadi melalui transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-resistance protein) yang terdapat di membran sel epitel dengan selektivitas berbeda yakni MRP untuk anion organik dan konyugat (mis penisilin, probenesid) dan P-gp untuk kation organik dan zat netral (mis. Kuinidin, digoksin). Dengan demikian terjadi kompetisi antara asam-asam organik maupun antara basa-basa organik untuk disekresi (Ganiswarna,2007).
       Obat-obat yang umum digunakan untuk mengukur tubular aktif meliputi asam p-aminohipurat (PAH) dan iodopiraset (diodras).sekresi aktif untuk obat-obat ini sangat cepat dan praktis semua obat yang dibawa ke ginjal dieliminasi dalam satu jalur , sehingga klirens untuk obat-obat ini mencerminkan aliran plasma ginjal efektif yang bervariasi dari 425-650 ml/menit (Shargel, 2005).
3.  Reabsorpsi tubular terjadi setelah obat difiltrasi melalui glomerulus dan dapat aktif atau pasif. Jika suatu obat direabsorpsi sempurna (misal glukosa) maka harga klirens obat mendekati nol. Untuk obat-obat yang direabsorpsi sebagian harga klirens akan menjadi lebih kecil daripada GFR 125-130 ml/menit. Reabsorpsi obat-obat asam atau basa lemah dipengaruhi oleh pH urin dan pKa obat (Shargel, 2005).
       Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk nonion obat yang larut lemak ,oleh karena derajat ionisasi bergantung pada pH larutan maka hal ini dimanfaatkan untuk mempercepat eksresi ginjal pada keracunan suatu obat asam atau obat basa .obat asam yang relatif kuat (pKa≤2) dan obat basa yang relatif kuat (≥12, mis guanetidin) terionisasi sempurna pada pH ekstrim urin akibat asidifikasi dan alkalinisasi paksa(4,5-7,5). Hanya obat asam dengan pKa antara 3,0 dan 7,5 dan obat basa dengan pKa 6 dan 12 yang dapat dipengaruhi oleh pH urin (Ganiswarna,2007).
       Selain itu ada pula beberapa cara lain yaitu melalui kulit bersama keringat, paru-paru, empedu, air susu, dan usus (Tjay dan Rahardja, 2007).
            Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
            Urine memiliki komponen organic dan anorganik. Urea, asam urat dan kreatinin merupakan beberapa komponen organic dari urine. Ion-ion seperti Na, K, Ca serta anion Cl merupakan komponen anorganik dari urine. Warna kuning pada urine, disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat empedu, yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka, urokrom dapat teroksidasi, sehingga urine menjadi berwarna kuning tua. Pergeseran konsentrasi komponen-komponen fisiologik urine dan munculnya komponen-komponen urine yang patologik dapat membantu diagnose penyakit (Jan Koolman, 2001).
Tetapan laju eliminasi K dapat dihitung dari data eksresi urin. Dalam penghitungan ini laju eksresi obat dianggap sebagai orde kesatu .
K =
Ke adalah tetapan laju eksresi ginjal ,dan Du adalah jumlah obat yang dieksresi urin:
                                = Ke DBOe-Kt atau log = + log Ke DBO                                               
tetapan laju Knr untuk berbagai rute eliminasi selain eksresi ginjal dapat diperoleh : K- Ke = Knr  .Oleh karena eliminasi obat biasanya dipengaruhi oleh eksresi ginjal atau metabolisme (biotransformasi) maka:  KnrKm (Shargel, 2012).           .
            Metode lain untuk perhitungan tetapan laju eliminasi K dari data eksresi urin adalah metode sigma minus , metode ini lebih disukai daripada sebelumnya karena fluktuasi data laju eliminasi diperkecil. Jumlah obat tidak berubah dalam urin dapat dinyatakan sebagai fungsi waktu melalui persamaan berikut :
                                                    DU (1-e-Kt)
            DU adalah  jumlah kumulatif obat tidak berubah yang dieksresi dalam urin. Jumlah obat yang tidak berubah yang akhirnya dieksresi dalam urin Du˜ dapat ditentukan dengan membuat waktu t tak terhingga jadi e-Kt diabaikan dan didapat pernyataan    DU
Untuk mendapat suatu persamaa linear dapat ditulis dengan persamaan :
                                            Log (Du˜- DU)= +log Du˜
Suatu kurva linier diperoleh dengan membuat grafik log jumlah obat tidak berubah yang belum dieliminasi Log (Du˜- DU) vs waktu (Shargel, 2012).
            Klirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya atau disebut juga laju eliminasi obat dibagi konsentrasi obat dalam plasma pada waktu tersebut . Persamaannya yaitu :  Cl =    atau dapat juga dinyatakan Cl = KVD
dimana dDu/dt adalah laju eksresi (µg/menit), Cp adalah konsentrasi plasma (µg/ml), K adalah tetapan laju eliminasi ,VD adalah volume distribusi (ml/kg) (Shargel, 2012).



B.   URAIAN OBAT
Paracetamol (Mardjono, 2009)
Indikasi                   :     Sakit kepala, demam, nyeri otot & sakit gigi, Untuk pengobatan jangka pendek, nyeri sedang (terutama sesudah operasi) dan demam .
Kontraindikasi       :     Insufisiensi hepatoselular berat
Farmakokinetik      :     Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati (Darsono, 2002)
Farmakodinamik      :     Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.
Efek samping           :     Reaksi hematologi, reaksi kulit & reaksi alergi lainnya.
Interaksi obat            :     Alkohol, antikoagulan oral,kloramfenikol, aspirin, fenobarbital, obat yang bersifat hepatotoksik, penginduksi enzim hati.



BAB III
METODE KERJA
A.     Alat Yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu botol coklat, label, dan spektrofotometer.
B.    Bahan Yang Digunakan
Adapun bahanyang digunakan yaitu air mineral (aqua), aluminium foil, paracetamol, dan tissue.
C.    Cara Kerja
1.   Diukur kadar urin normal
2.   Diberikan air mineral untuk diminum
3.   Diberikan obat paracetamol
4.   Diambil urin pada selang waktu setiap 30, 60, dan 90.
5.   Diukur absorbansi pada spektrofotometer





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Data
T (menit)
Du (mg)
Du Kumulatif
Du - Du kumulatif
Log Du – Du kumulatif
0,5
230
230
1309
3,116
1
180
410
1129
3,052
2
270
680
859
2,933
5
340
1020
519
2,715
7
210
1230
309
2,489
10
142
1372
167
2,222
14
98
1470
69
1,838
18
69
1539
0
-
Menentukan nilai a, b, dan r. (hasil regresi (t vs log Du - Du kumulatif)).
a = 3,149
b = - 0,093
r = - 9,999
-  menentukan parameter urin (k, t1/2, dan cl) :
1.    K              = -b × 2,3
= - (-0,093 × 2,3)
= 0,213 menit-1
2.    t1/2                =
= 3,253 menit
3.    cl  =
           =
= 0,00015114 mg
= 1,5114 × 10-4 mg
Jadi, sebanyak 1,5114 × 10-4 mg tubuh mampu mengeliminasi hasil metabolisme melalui urin.
B. Pembahasan
Sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan seperti urin. Data ekskresi obat lewat urin dapat dipakai untuk memperkirakan produk obat. Tiap cuplikan ditetapkan kadar obat bebas dengan cara spesifik. Kemudian dibuat grafik yang menghubungkan kumulatif obat yang diekskresi terhadap jarak waktu pengumpulan.
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan parameter farmakokinetik obat paracetamol setelah pemberian dosis tunggal menggunakan data ekskresi obat lewat urine.
Dalam parameter farmakokinetik urin untuk obat yang diberikan secara oral akan ditentukan nilai K, t½ dan klirens. Dimana  K adalah tetapan laju eliminasi yang merupakan kecepatan eliminasi obat setelah masuk ke dalam system sirkulasi,  t ½  adalah waktu paruh yaitu waktu yang diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melarut setengah dari dosis dan klirens (Cl).
Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan probandus yang diambil urin awal/banko (t=0), setelah itu diberikan obat parasetamol. Kemudian urin tersebut ditampung dalam botol coklat pada menit 0, 30, 60 dan 90, lalu dicatat volumenya. Setelah itu urin tersebut disentrifuge dan diukur dengan alat spektrofotometer dan diambil data, lau dihitung parameter-parameternya.
Adapun prinsip kerja dari alat spektrofotometer yaitu adanya iinteraksi dari sampel dengan radiasi elektromagnetik sehingga sampel mengalami eksitasi ketingkat yang lebih tinggi dan pada keadaan ini adalah titik stabil dan akan kembali ketingkat normal dengan memancarkan energi-energi ini terukur pada alat spektrofotometer. Mekanisme sentrifuge yaitu pemisahan supernatan dengan menghomogenkan campuran dan didapatkan hasil yang jernih sehingga didapatkan supernatan.
Parameter farmakokinetik yang diperoleh pada obat yang diberikan secara oral adalah untuk tetapan laju eliminasi (K) diperoleh 0,213 menit-1 yang merupakan nilai yang menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan, dimana eliminasi obat akan meningkat kecepatannya dengan meningkatnya konsentrasi obat,dengan kata lain makin tinggi kadar obat dalam darah makin banyak obat yang dieliminasikan. Selanjutnya waktu paruh (t ½ ) =  3,253 menit yaitu waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik berkurang menjadi setengahnya, dimana efek obat akan lebih panjang bila mempunyai waktu paruh yang pendek. Jadi, sebanyak 1,5114 × 10-4 mg tubuh mampu mengeliminasi hasil metabolisme melalui urin.






BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara oral, diperoleh parameter farmakokinetik urin sebagai berikut :
1.         Tetapan laju eliminasi (K) = 0,213 menit-1
2.         Waktu paruh (t ½) = 3,253 menit
3.         Klirens (Cl) = 1,5114 × 10-4 mg
Jadi, sebanyak 1,5114 × 10-4 mg tubuh mampu mengeliminasi hasil metabolisme melalui urin.
B.    Saran
Sebaiknya asisten lebih rajin lagi periksa laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. 2013. Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia di: http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-pada-ginjal.

Corwin, J.E. 2000. Buku Saku Patofisiologi . penerbit buku kedokteran .EGC. Jakarta.

POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI . Jakarta.

Ganiswarna,  2007. “ farmakologi dan terapi edisi 5”. FK.Universitas indonesia. Jakarta. hal 11,787,788.

Jan Koolman, Klaus-Heinrich Rohm, 2001, Atlas Berwarna & Teks Biokimia, Alih bahasa ; dr. Septilia Inawati Wanandi, Hipokrates, Jakarta.

Mutschler ,ernest. 1991. “ Dinamika Obat “ edisi kelima ..penerbit ITB. Bandung .hal 553,554,557.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia Edisi Pertama. Penerbit : Graha ilmu. Yogyakarta.

Shargel,L B,C.YU,.2012. Biofarmasetika dan farmakokinetika terapan  edisi kelima. Airlangga University Press. Surabaya.

Shargel,L B,C.YU,.2005. “ Biofarmasetika dan farmakokinetika terapan “ edisi kedua. Airlangga University Press. Surabaya. Hal 53,57,177-184,201-205,207,209.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K.. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima.





Lampiran
Skema kerja
Siapkan alat dan bahan
Disiapkan probandus
Diambil urin awal/blanko (t=0)
Diberikan obat parasetamol
Ditampung urin pada menit ke 0, 30, 60, dan 90
Dicatat volumenya
Kemudian urin disentrifuge
Diukur dengan spektrofotometer
Diambil data
Dihitung parameter-parameter (K, t½, dan Cl)


1 komentar:

  1. maaf...
    bisa minta ebook ato apalah tentang dasar teori yang dikutip?

    BalasHapus