Jumat, 15 April 2016

PENENTUAN BILANGAN ASAM DAN BILANGAN PENYABUNAN SAMPEL MINYAK ATAU LEMAK

BAB I PENDAHULUAN
I.1   Latar Belakang
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun dapat hadir, tumbuh dan berkembang dengan baik di wilayah Indonesia. Kelapa sawit mempunyai produk olahan (output) berupa minyak sawit yang menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Minyak sawit mempunyai pangsa pasar yang besar baik di dalam maupun luar negeri.
Di samping itu, melihat perkembangan harga minyak sawit di pasaran internasional yang cenderung membaik, industri minyak sawit akan menjadi andalan devisa pada masa yang akan datang. Untuk bisa bersaing di pasar global, perkembangan dan persyaratan perdagangan internasional perlu diantisipasi. Industri minyak kelapa sawit nasional juga mengalami perkembangan yang menggembirakan. Telah terbukti dalam 24 tahun terakhir (1985-2009), pertambahan kebun kelapa sawit mencapai 5 juta hektar atau meningkat 837 persen, dan hal itu juga dibuktikan oleh kontribusi minyak kelapa sawit terhadap ekspor nasional yang mencapai enam persen.
Selama tahun 2005 hingga sekarang, minyak sawit telah menjadi produk minyak makan terbesar di dunia. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan dunia. Minyak sawit atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guinneensis (kelapa sawit). Pada umumnya varietas yang digunakan adalah varietas tenera yang mempunyai cangkang yang tipis dan daging buah yang tebal. Proses tahapan ekstraksi minyak sawit ini meliputi tahapan perebusan, perontokan buah dari tandan, pengolahan minyak dari daging buah, dan pemurnian.
Dalam perkembangannya, persaingan perusahaan-perusahaan produsen minyak kelapa sawit mendorong pada pengendalian mutu minyak sawit. Analisa mutu minyak kelapa sawit mentah (CPO) diperlukan untuk menyamakan standar mutu minyak sawit yang diproduksi di Indonesia dengan standar mutu minyak sawit yang diproduksi dunia internsional. Oleh karena itu, minyak sawit harus diproduksi dengan standar mutu yang tepat sehingga mampu bersaing dipasaran dunia.   
Dengan melakukan percobaan penentuan bilangan penyabunan dapat diketahui seberapa besar angka penyabunan dari lemak dalam sampel yang diamati. Sedangkan dalam penentuan bilangan asam, dapat diketahui jumlah asam lemak yang terkandung dalam suatu lemak/minyak. Pada dasarnya kedua uji tersebut bermanfaat untuk menentukan besarnya zat-zat penyusun lemak yaitu gliserol dan asam lemak. Dengan mempelajari tentang lemak kita dapat memaksimalkan pemanfaatan dari lemak itu sendiri serta mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan sehingga untuk masa yang akan datang dapat menguntungkan bagi kelangsungan hidup diri kita sendiri ataupun orang lain disekitar kita
I.2 Maksud Praktikum
Untuk mengetahui bilangan asam dan bilangan penyabunan yang terdapat pada sampel minyak atau lemak yang kemudian dapat diketahui kualitas dari sampel minyak.
I.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
a.      Melakukan penetapan asam lemak bebas dari sampel sebagai persentase bobot dari asam lemak bebas yang ada.
b.      Melakukan penetapan bilangan penyabunan yang dinyatakan sebagai jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan lemak atau minyak secara sempurna dari 1 g sampel



BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Minyak merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal (Winarno, 2002).
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap makin baik minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol bebas. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi (suhu penggorengan 1770C - 2210C). Minyak dan lemak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak berfungsi sebagai sumber cadangan energi (Winarno, 2002).
Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti NaOH atau KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi (Yazid, 2005).
Angka penyabunan sama dengan bilangan penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya ( mg ) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Lemak yang mengandung komponen yang tidak tersabunkan seperti sterol mempunyai bilangan penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh tidak mempunyai bilangan penyabunan tinggi. Tingginya bilangan penyabunan ini disebabkan ikatan tidak jenuh dapat teroksidasi menghasilkan pembentukan gugus karbonil yang pada akhirnya dapat juga bereaksi dengan alkali (Harun, 2006).
      Kandungan asam lemak bebas dalam minyak yang bermutu baik hanya terdapat dalam jumlah kecil, sebagian besar asam lemak terikat dalam bentuk ester atau bentuk trigliserida (Keraten, 2002). Minyak kelapa dapat mengalami perubahan aroma dan cita rasa selama penyimpanan. Perubahan ini disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak (Ketaren, 2002).
Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan berikut: 1) Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan makanan atau pertanian, 2) Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya, 3) Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak tertentu (Riza Julianty, 2008).
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008).
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 2002).
Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik.  Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya. Sedangkan dengan metode Mojonnier, hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya dan dikeringkan dalam oven sampai diperoleh berat konstan, berat residu dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak dalam bahan, Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil (Andry, 2008).
Angka penyabunan (Saponification value) menunjukkan secara relatif besar kecilnya molekul asam-asam lemak yang terkandung dalam gliserida. Titik tolak ukur lain misalnya angka indeks refraksi ,titik cair, angka kekentalan, titik percik (Flash point), komposisi asam-asam lemak, dll (Sudarmadji, 2003).
Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak. Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256). Daging  kelapa sawit  mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif di bawah 150C dan non aktif dengan temperatur diatas 500C. Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB) (Soerawidjaja, 2005).
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya (Sudarmadji, 2003).
Bilangan saponifikasi didefenisikan dengan jumlah milligram dari kalium hidroksida (KOH) yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Dalam basis molekuler, sebuah molekul dari miyak atau lemak membutuhkan tiga unit KOH untuk saponifikasi secara sempurna karena disana ada tiga ikatan ester dalam molekul lemak atau miyak karena masing – masing molekul terdiri dari lemak dengan berat molekul tinggi atau lemak dengan berat molekul rendah membutuhkan tiga unit KOH untuk saponifikasi maka berat KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak akan lebih mudah untuk lemak yang berat dibandingkan gliserida dengan berat molekul rendah. Lemak dan minyak dengan berat molekul tinggi memiliki bilangan saponifikasi yang rendah dibandingkan lemak dan minyak dengan berat molekul rendah (Lamsihar, 2007 ).
 Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak dan lemak (Kataren, 2008). Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida diperlukan 3 molekul alkali. Pada trigliserida dengan asam lemak yang rantai C-nya pendek, akan didapat bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada asam lemak dengan rantai C panjang. Mentega yang kadar butiratnya tinggi mempunyai bilangan penyabunan yang paling tinggi (Winarno,2002) :
Bilangan penyabunan =



II.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
a.    Penentuan bilangan asam
Prosedur. Timbang seksama lebih kurang 5,0 gram sampel (lemak/minyak), masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 50 mL alkohol 95% netral. Setelah ditutup dengan pendingin balik, panaskan sampai mendidih dan digojok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya. Setelah dingin, larutan lemak di titrasi dengan larutan baku KOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein (pp). Akhiri titrasi apabila terbentuk warna merah mudah yang tidak hilang selama 30 detik. Apabila cairan yang di titrasi berwarna gelap maka dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak dan atau penambahan indikator bromotimol biru sampai terbentuk warna biru. Hitunglah bilangan asam sesuai persamaan berikut :
Bilangan asam
b.    Penentuan Koefisien Distribusi Fenobarbital
Prosedur. Timbang seksama lebih kurang 5,0 gram sampel minyak atau lemak, masukkan ke dalam Erlenmeyer 200 mL dan  tambahkan 50 mL larutan KOH-etanolik. Setelah ditutup dengan pendingin balik, didihkan secara hati-hati selama 30 menit.. Setelah dinginkan dan tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein (pp) dan titrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan baku HCl 0,5 N. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini maka lakukan titrasi blanko, yaitu dengan prosedur yang sama tanpa mengandung sampel (lemak/minyak). Hitunglah bilangan penyabunan sesuai persamaan berikut :
Bilangan penyabunan
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Alat kondensor, Buret, Corong biasa, Erlenmeyer, Klem, Labu ukur, Pipet volum, Statif dan Timbangan analitik
III.2 Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Alkohol 95% nertral, Indikator bromotimol biru, Indikator fenolftalein, Larutan baku HCl 0,5 N, Larutan baku KOH 0,1 N, Larutan baku KOH-etanolik, dan Sampel minyak/lemak
III.3 Cara Kerja (Anonim, 2015)
a.      Penentuan bilangan asam
Ditimbang seksama lebih kurang 5,0 gram sampel (lemak/minyak), dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 50 mL alkohol 95% netral. Setelah ditutup dengan pendingin balik, dipanaskan sampai mendidih dan digojok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya. Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan larutan baku KOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein (pp). Diakhiri titrasi apabila terbentuk warna merah mudah yang tidak hilang selama 30 detik. Apabila cairan yang di titrasi berwarna gelap maka dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak dan atau ditambahkan indikator bromotimol biru sampai terbentuk warna biru. Dihitung bilangan asam
b.      Penentuan bilangan penyabunan
Ditimbang seksama lebih kurang 5,0 gram sampel minyak atau lemak, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 200 mL dan  ditambahkan 50 mL larutan KOH-etanolik. Setelah ditutup dengan pendingin balik, didihkan secara hati-hati selama 30 menit.. Setelah dinginkan dan ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein (pp) dan dititrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan baku HCl 0,5 N. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini maka dilakukan titrasi blanko, yaitu dengan prosedur yang sama tanpa mengandung sampel (lemak/minyak). Dihitung bilangan penyabunan


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
No
 Nama sampel
Berat sampel (g)
Vtitran KOH (mL)
1
Susu SGM
5,0
2,7
2
Susu Frisian flag
5,0
6,3
3
Susu SGM
5,057
23,3
4
Susu Frisian flag
5,0
4,5

Penentuan bilangan asam
Dik :
NKOH        = 0,1 N
1.    Kelompok 1
Bilangan asam
                            
                             = 3,0294
2.    Kelompok 2
Bilangan asam
                            
                             = 7,086
3.    Kelompok 3
Dik :
VHCl blanko           = 41,5 mL
VHCl sampel           = 23,3 mL
NHCl                       = 0,5 N
Berat sampel = 5,057 g

4.    Kelompok 4
VHCl blanko           = 41,5 mL
VHCl sampel           = 4,5 mL
NHCl                       = 0,5 N
Berat sampel = 5,0 g


IV.2 Pembahasan
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang terbentuk asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan.
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat.
Prinsip kerja bilangan penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan gliserol dan sabun. Sisa dari KOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak KOH yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel. Bilangan penyabunan tersebut adalah banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan secara sempurnya 1 g lemak atau minyak. Pada saat percobaan bilangan penyabunan juga digunakan titrasi blanko (titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan pereaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi.
Prinsip pada saat melakukan percobaan bilangan asam adalah sejumlah tertentu sampel yang mengandung lemak atau minyak dilarutkan dalam alcohol netral kemudian dipanaskan pada alat kondensor sampai larut, sampel yang telah larut tersebut dititrasi dengan menggunakan basa alkali yang konsentrasinya telah diketahui untuk dihitung bilangan asamnya.
Penentuan asam lemak bebas atau biasa disebut dengan FFA yang merupakan singkatan dari Free Fatty Acid sangat penting kaitannya dengan kualitas lemak. Karena bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak. Semakin besar angka ini berarti kandungan asam lemak bebas semakin tinggi, sementara asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat berasal dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Karena proses hidrolisis dapat berlangsung dengan penambahan asam dan dibantu oleh panas. Menurut (Sudarmadji, 1989) angka asam dapat menunjukan asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam maka makin rendah kualitasnya.
Sampel yang digunakan pada pengujian kali ini adalah CPO yang telah mengalami pemurnian. Sampel kemudian ditimbang dengan berat 5 gram. Kemudian ditambahkan pelarut alkohol yang kondisi alkoholnya harus netral. Digunakan alkohol netral agar data akhir yang diperoleh benar-benar tepat. Karena bila kondisi tidak netral, titrasi asam-basa akan berakhir dengan diperoleh data yang salah. Sesuai dengan definisi bilangan asam itu sendiri yaitu jumlah miligram KOH atau basa-basa lainnya yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak. Kemudian pada kedua sampel ditambahkan indikator fenolftalein (PP). Indikator ini merupakan indikator yang sering dipergunakan untuk titrasi asam-basa. Indikator ini akan berubah menjadi merah muda bila suasana basa dan tetap bening jika dalam suasana asam. Karena pada sampel alkohol yang dipergunakan tidaklah netral, maka ketika ditetesi fenolftalein, berubah warna menjadi merah muda. Hal ini berakibat pada penentuan titik akhir yang keliru pula. Setelah itu dititrasi menggunakan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi menggunakan asam oksalat sampai timbul warna pink yang tidak hilang setelah 30 detik. Saat itulah titik akhir tercapai. Titik akhir adalah waktu ketika proses titrasi dihentikan karena suasana telah menjadi netral yang ditunjukkan oleh perubahan warna oleh indikator. Penentuan titik akhir dengan tepat pun tidak menunjukkan suasana yang netral karena warna indikator berubah. Oleh karena itu ada yang disebut titik ekuivalen yaitu waktu ketika jumlah titran dengan titrat ekuivalen sehingga suasana benar-benar netral. 
Fungsi penambahan alkohol netral adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik. Fungsi pemanasan saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya. Pemberian tiga tetes indikator fenolftalein (pp) pada praktikum ini adalah sebagai indikator pembuktian bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah dititrasi dengan KOH, larutan alkohol dan minyak kelapa yang telah ditetesi indikator fenolftalein (pp) berubah warna menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Penggunaan KOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan untuk mentitrasi larutan minyak kelapa dan alkohol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas.
Menurut (Sudarmadji, 2002) angka penyabunan dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang tersusun oleh asam lemak rantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil yang akan mempunyai angka penyabunan yang besar. Angka penyabunan yang tinggi membutuhkan banyak KOH karena banyak asam lemak berantai pendek. Angka penyabunan merupakan bilangan penyabunan yang dinyatakan sebagai banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya.
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa bilangan asam untuk sampel susu SGM yaitu 3,0294 dan untuk susu Frisian Flag yaitu 7,0686. Sedangkan bilangan penyabunan untuk sampel susu SGM yaitu 100,95 dan untuk susu Frisian Flag yaitu 207,57.  Menurut literatur range untuk bilangan penyabunan yaitu  200-205 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi syarat tetapi sampel susu Frisian Flag tidak memenuhi syarat, sedangkan untuk bilangan asam syarat range yaitu 2-7 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi syarat tetapi sampel susu Frisian Flag sudah melewati range batasan maksimum (tidak memenuhi syarat).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.       Bilangan asam untuk sampel susu SGM yaitu 3,0294 dan untuk susu Frisian Flag yaitu 7,0686.
2.       Bilangan penyabunan untuk sampel susu SGM yaitu 100,95 dan untuk susu Frisian Flag yaitu 207,57. 
3.       Menurut literatur range untuk bilangan penyabunan yaitu  200-205 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi syarat tetapi sampel susu Frisian Flag tidak memenuhi syarat, sedangkan untuk bilangan asam syarat range yaitu 2-7 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi syarat tetapi sampel susu Frisian Flag sudah melewati range batasan maksimum (tidak memenuhi syarat).
V.2 Saran
Disarankan agar asisten mendampingi praktikan selama praktikum, agar sekiranya prosedur pengerjaan sesuai yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang tepat dan akurat tanpa adanya faktor kesalahan 
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan, Penerbit ITB, Bandung

Andry, 2008, Teknologi Lemak Dan Minyak, http://www.pdf-search-engine.com

Harun, N., 2006, Penuntun praktikum kimia sawit, Universitas Jambi, Jambi

Julianty, Riza, 2008, Analisis Kadar Lemak, http://www.pdf-search-engine.com

Ketaren, S., 2002, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Cetakan Pertama, UI-Press, Jakarta

Lamsihar, G., 2007, Laporan Penelitian Saponifikasi, USU, Medan

Soerawidjaja, T., 2005, Mendorong Upaya Pemanfaatan dan Sosialisasi Biodiesel Secara Nasional , Makalah disampaikan pada pertemuan duabulanan ke-3 LP3E KADIN Indonesia, Jakarta

Sudarmadji, S., 2003, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta

Winarno, F., G., 2002, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Yazid, E., 2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, Penerbit Andi, Yogyakarta

LAMPIRAN
Skema Kerja
Timbang 5 g sampel (lemak/minyak)
Penentuan bilangan asam
Masukkan ke dalam Erlenmeyer
Setelah dingin, larutan lemak di titrasi dengan larutan baku KOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein
Apabila cairan yang di titrasi berwarna gelap ditambahkan pelarut yang cukup banyak indikator bromotimol biru sampai terbentuk warna biru. Hitung bilangan asam
Setelah ditutup dengan pendingin balik, panaskan sampai mendidih dan digojok kuat-kuat
Akhiri titrasi apabila terbentuk warna merah mudah yang tidak hilang selama 30 detik
Tambahkan 50 mL alkohol 95% netral
Penentuan bilangan penyabunan
Tambahkan 50 mL Larutan KOH-etanolik
Dinginkan dan tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein
Hitung bilangan penyabunan
Timbang 5 g sampel (lemak/minyak)
Masukkan ke dalam Erlenmeyer
Titrasi kelebihan KOH dengan larutan baku HCl 0,5 N
Setelah ditutup dengan pendingin balik, didihkan dengan hati-hati selama 30 menit



                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar