BAB
I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun
dapat hadir, tumbuh dan berkembang dengan baik di wilayah Indonesia. Kelapa
sawit mempunyai produk olahan (output) berupa minyak sawit yang menjadi salah
satu komoditas perkebunan yang handal. Minyak sawit mempunyai pangsa pasar yang
besar baik di dalam maupun luar negeri.
Di samping itu, melihat perkembangan harga minyak
sawit di pasaran internasional yang cenderung membaik, industri minyak sawit
akan menjadi andalan devisa pada masa yang akan datang. Untuk bisa bersaing di
pasar global, perkembangan dan persyaratan perdagangan internasional perlu
diantisipasi. Industri minyak kelapa sawit nasional juga mengalami perkembangan
yang menggembirakan. Telah terbukti dalam 24 tahun terakhir (1985-2009),
pertambahan kebun kelapa sawit mencapai 5 juta hektar atau meningkat 837
persen, dan hal itu juga dibuktikan oleh kontribusi minyak kelapa sawit terhadap
ekspor nasional yang mencapai enam persen.
Selama tahun 2005 hingga sekarang, minyak sawit
telah menjadi produk minyak makan terbesar di dunia. Konsumsi minyak sawit
dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan dunia. Minyak sawit
atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati berwarna
jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah tanaman
Elaeis guinneensis (kelapa sawit).
Pada umumnya varietas yang digunakan adalah varietas tenera yang mempunyai
cangkang yang tipis dan daging buah yang tebal. Proses tahapan ekstraksi minyak
sawit ini meliputi tahapan perebusan, perontokan buah dari tandan, pengolahan
minyak dari daging buah, dan pemurnian.
Dalam perkembangannya, persaingan perusahaan-perusahaan
produsen minyak kelapa sawit mendorong pada pengendalian mutu minyak sawit.
Analisa mutu minyak kelapa sawit mentah (CPO) diperlukan untuk menyamakan
standar mutu minyak sawit yang diproduksi di Indonesia dengan standar mutu
minyak sawit yang diproduksi dunia internsional. Oleh karena itu, minyak sawit
harus diproduksi dengan standar mutu yang tepat sehingga mampu bersaing dipasaran
dunia.
Dengan melakukan percobaan penentuan
bilangan penyabunan dapat diketahui seberapa besar angka penyabunan dari lemak dalam
sampel yang diamati. Sedangkan dalam penentuan bilangan asam, dapat diketahui
jumlah asam lemak yang terkandung dalam suatu lemak/minyak. Pada dasarnya kedua
uji tersebut bermanfaat untuk menentukan besarnya zat-zat penyusun lemak yaitu
gliserol dan asam lemak. Dengan mempelajari tentang lemak kita dapat
memaksimalkan pemanfaatan dari lemak itu sendiri serta mencegah bahaya yang
dapat ditimbulkan sehingga untuk masa yang akan datang dapat menguntungkan bagi
kelangsungan hidup diri kita sendiri ataupun orang lain disekitar kita
I.2 Maksud Praktikum
Untuk mengetahui bilangan asam dan
bilangan penyabunan yang terdapat pada sampel minyak atau lemak yang kemudian dapat diketahui kualitas dari sampel minyak.
I.3 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari percobaan ini yaitu :
a. Melakukan
penetapan asam lemak bebas dari sampel sebagai persentase bobot dari asam lemak
bebas yang ada.
b. Melakukan
penetapan bilangan penyabunan yang dinyatakan sebagai jumlah mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan lemak atau minyak secara sempurna dari 1 g sampel
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori
Umum
Minyak
merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh manusia.
Selain itu minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat
menghasilkan 9 kkal (Winarno, 2002).
Minyak
goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah
nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya yaitu
suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan membentuk
aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap makin baik
minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar
gliserol bebas. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan
turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan
terjadinya hidrolisis, pemanasan minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang
tidak terlalu tinggi (suhu penggorengan 1770C - 2210C). Minyak
dan lemak yang dapat dimakan (edible fat),
dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam
tanaman atau hewan, minyak berfungsi sebagai sumber cadangan energi (Winarno, 2002).
Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan
gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan
basa kuat seperti NaOH atau KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol
dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
saponifikasi (Yazid, 2005).
Angka penyabunan sama dengan bilangan penyabunan dinyatakan sebagai
banyaknya ( mg ) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau
minyak. Lemak yang mengandung komponen yang tidak tersabunkan seperti sterol
mempunyai bilangan penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang mengandung asam
lemak tidak jenuh tidak mempunyai bilangan penyabunan tinggi. Tingginya
bilangan penyabunan ini disebabkan ikatan tidak jenuh dapat teroksidasi
menghasilkan pembentukan gugus karbonil yang pada akhirnya dapat juga bereaksi dengan
alkali (Harun, 2006).
Kandungan asam lemak bebas dalam minyak
yang bermutu baik hanya terdapat dalam jumlah kecil, sebagian besar asam lemak
terikat dalam bentuk ester atau bentuk trigliserida (Keraten, 2002). Minyak
kelapa dapat mengalami perubahan aroma dan cita rasa selama penyimpanan.
Perubahan ini disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat
menyebabkan kerusakan minyak (Ketaren, 2002).
Analisis lemak dan minyak
yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan berikut: 1)
Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan
makanan atau pertanian, 2) Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan
makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan
pemurnian lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna
dan sebagainya, 3) Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau
mencirikan sifat minyak tertentu (Riza Julianty, 2008).
Bilangan asam menunjukkan
banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1
gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas
minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam
minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat
pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan
lipid (Agoes, 2008).
Bilangan asam dinyatakan
sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak
bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 2002).
Angka asam besar menunjukan
asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak atupun karena
proses pengolahan yang kurang baik.
Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya. Sedangkan dengan
metode Mojonnier, hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya dan dikeringkan
dalam oven sampai diperoleh berat konstan, berat residu dinyatakan sebagai
berat lemak atau minyak dalam bahan, Minyak yang disusun oleh asam lemak
berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil (Andry, 2008).
Angka
penyabunan (Saponification value) menunjukkan secara relatif besar kecilnya
molekul asam-asam lemak yang terkandung dalam gliserida. Titik tolak ukur lain
misalnya angka indeks refraksi ,titik cair, angka kekentalan, titik percik
(Flash point), komposisi asam-asam lemak, dll (Sudarmadji, 2003).
Asam
lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak. Terdapat
berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB minyak sawit dianggap
sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256). Daging kelapa sawit
mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak
ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan daging
buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat
berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif
di bawah 150C dan non aktif dengan temperatur diatas 500C.
Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam
lemak bebas. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak
bebas (ALB) (Soerawidjaja, 2005).
Bilangan
asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari
hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya (Sudarmadji, 2003).
Bilangan saponifikasi didefenisikan dengan
jumlah milligram dari kalium hidroksida (KOH) yang dibutuhkan untuk menyabunkan
1 gram lemak atau minyak. Dalam basis molekuler, sebuah molekul dari miyak atau
lemak membutuhkan tiga unit KOH untuk saponifikasi secara sempurna karena
disana ada tiga ikatan ester dalam molekul lemak atau miyak karena masing –
masing molekul terdiri dari lemak dengan berat molekul tinggi atau lemak dengan
berat molekul rendah membutuhkan tiga unit KOH untuk saponifikasi maka berat
KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak akan lebih mudah untuk lemak
yang berat dibandingkan gliserida dengan berat molekul rendah. Lemak dan minyak
dengan berat molekul tinggi memiliki bilangan saponifikasi yang rendah
dibandingkan lemak dan minyak dengan berat molekul rendah (Lamsihar, 2007 ).
Bilangan penyabunan adalah
jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak dan
lemak (Kataren, 2008). Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan 1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida diperlukan 3
molekul alkali. Pada trigliserida dengan asam lemak yang rantai C-nya pendek,
akan didapat bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada asam lemak dengan
rantai C panjang. Mentega yang kadar butiratnya tinggi mempunyai bilangan
penyabunan yang paling tinggi (Winarno,2002) :
Bilangan penyabunan =
II.2
Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
a.
Penentuan
bilangan asam
Prosedur. Timbang seksama lebih kurang 5,0 gram
sampel (lemak/minyak), masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 50 mL alkohol
95% netral. Setelah ditutup dengan pendingin balik, panaskan sampai mendidih
dan digojok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya. Setelah dingin,
larutan lemak di titrasi dengan larutan baku KOH 0,1 N menggunakan indikator
fenolftalein (pp). Akhiri titrasi apabila terbentuk warna merah mudah yang
tidak hilang selama 30 detik. Apabila cairan yang di titrasi berwarna gelap
maka dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak dan atau penambahan indikator
bromotimol biru sampai terbentuk warna biru. Hitunglah bilangan asam sesuai
persamaan berikut :
Bilangan asam
b. Penentuan Koefisien Distribusi
Fenobarbital
Prosedur. Timbang seksama lebih kurang 5,0 gram
sampel minyak atau lemak, masukkan ke dalam Erlenmeyer 200 mL dan tambahkan 50 mL larutan KOH-etanolik. Setelah
ditutup dengan pendingin balik, didihkan secara hati-hati selama 30 menit..
Setelah dinginkan dan tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein (pp) dan
titrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan baku HCl 0,5 N. Untuk mengetahui
kelebihan larutan KOH ini maka lakukan titrasi blanko, yaitu dengan prosedur
yang sama tanpa mengandung sampel (lemak/minyak). Hitunglah bilangan penyabunan
sesuai persamaan berikut :
Bilangan penyabunan
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat
Praktikum
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Alat kondensor, Buret, Corong biasa, Erlenmeyer,
Klem, Labu ukur, Pipet volum, Statif dan Timbangan analitik
III.2 Bahan Praktikum
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Alkohol 95% nertral, Indikator
bromotimol biru, Indikator fenolftalein, Larutan baku HCl 0,5 N, Larutan baku
KOH 0,1 N, Larutan baku KOH-etanolik, dan Sampel minyak/lemak
III.3
Cara Kerja (Anonim, 2015)
a. Penentuan bilangan asam
Ditimbang
seksama lebih kurang 5,0 gram sampel (lemak/minyak), dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer, ditambahkan 50 mL alkohol 95% netral. Setelah ditutup dengan pendingin
balik, dipanaskan sampai mendidih dan digojok kuat-kuat untuk melarutkan asam
lemak bebasnya. Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan larutan baku KOH
0,1 N menggunakan indikator fenolftalein (pp). Diakhiri titrasi apabila
terbentuk warna merah mudah yang tidak hilang selama 30 detik. Apabila cairan
yang di titrasi berwarna gelap maka dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak
dan atau ditambahkan indikator bromotimol biru sampai terbentuk warna biru.
Dihitung bilangan asam
b. Penentuan bilangan penyabunan
Ditimbang
seksama lebih kurang 5,0 gram sampel minyak atau lemak, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 200 mL dan ditambahkan 50 mL
larutan KOH-etanolik. Setelah ditutup dengan pendingin balik, didihkan secara
hati-hati selama 30 menit.. Setelah dinginkan dan ditambahkan beberapa tetes
indikator fenolftalein (pp) dan dititrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan
baku HCl 0,5 N. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini maka dilakukan
titrasi blanko, yaitu dengan prosedur yang sama tanpa mengandung sampel
(lemak/minyak). Dihitung bilangan penyabunan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
No
|
Nama sampel
|
Berat
sampel (g)
|
Vtitran
KOH (mL)
|
1
|
Susu SGM
|
5,0
|
2,7
|
2
|
Susu
Frisian flag
|
5,0
|
6,3
|
3
|
Susu SGM
|
5,057
|
23,3
|
4
|
Susu
Frisian flag
|
5,0
|
4,5
|
Penentuan
bilangan asam
Dik
:
NKOH = 0,1 N
1. Kelompok
1
Bilangan
asam
=
3,0294
2. Kelompok
2
Bilangan
asam
=
7,086
3. Kelompok
3
Dik
:
VHCl
blanko = 41,5 mL
VHCl
sampel = 23,3 mL
NHCl
= 0,5 N
Berat
sampel = 5,057 g
4. Kelompok
4
VHCl
blanko = 41,5 mL
VHCl
sampel = 4,5 mL
NHCl
= 0,5 N
Berat
sampel = 5,0 g
IV.2 Pembahasan
Asam
lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak
sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan
adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama
reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang
terbentuk asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
sawit sangat merugikan.
Kadar asam lemak bebas dalam
minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak
bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan
tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya
jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil
mengakibatkan rasa tidak lezat.
Prinsip
kerja bilangan penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan
dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan gliserol
dan sabun. Sisa dari KOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui
konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak KOH yang bereaksi
yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel. Bilangan
penyabunan tersebut adalah banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan
secara sempurnya 1 g lemak atau minyak. Pada saat percobaan bilangan penyabunan
juga digunakan titrasi blanko (titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi
untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan pereaksi. Sehingga dalam
perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi.
Prinsip
pada saat melakukan percobaan bilangan asam adalah sejumlah tertentu sampel
yang mengandung lemak atau minyak dilarutkan dalam alcohol netral kemudian
dipanaskan pada alat kondensor sampai larut, sampel yang telah larut tersebut
dititrasi dengan menggunakan basa alkali yang konsentrasinya telah diketahui
untuk dihitung bilangan asamnya.
Penentuan
asam lemak bebas atau biasa disebut dengan FFA yang merupakan singkatan dari Free Fatty Acid sangat penting kaitannya
dengan kualitas lemak. Karena bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah
asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak. Semakin besar angka ini berarti kandungan
asam lemak bebas semakin tinggi, sementara asam lemak bebas yang terkandung
dalam sampel dapat berasal dari proses hidrolisis ataupun karena proses
pengolahan yang kurang baik. Karena proses hidrolisis dapat berlangsung dengan
penambahan asam dan dibantu oleh panas. Menurut (Sudarmadji, 1989) angka asam
dapat menunjukan asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun
karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam maka makin
rendah kualitasnya.
Sampel
yang digunakan pada pengujian kali ini adalah CPO yang telah mengalami
pemurnian. Sampel kemudian ditimbang dengan berat 5 gram. Kemudian ditambahkan
pelarut alkohol yang kondisi alkoholnya harus netral. Digunakan alkohol netral
agar data akhir yang diperoleh benar-benar tepat. Karena bila kondisi tidak
netral, titrasi asam-basa akan berakhir dengan diperoleh data yang salah.
Sesuai dengan definisi bilangan asam itu sendiri yaitu jumlah miligram KOH atau
basa-basa lainnya yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak. Kemudian
pada kedua sampel ditambahkan indikator fenolftalein (PP). Indikator ini
merupakan indikator yang sering dipergunakan untuk titrasi asam-basa. Indikator
ini akan berubah menjadi merah muda bila suasana basa dan tetap bening jika
dalam suasana asam. Karena pada sampel alkohol yang dipergunakan tidaklah
netral, maka ketika ditetesi fenolftalein, berubah warna menjadi merah muda.
Hal ini berakibat pada penentuan titik akhir yang keliru pula. Setelah itu
dititrasi menggunakan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi menggunakan asam
oksalat sampai timbul warna pink yang tidak hilang setelah 30 detik. Saat
itulah titik akhir tercapai. Titik akhir adalah waktu ketika proses titrasi
dihentikan karena suasana telah menjadi netral yang ditunjukkan oleh perubahan
warna oleh indikator. Penentuan titik akhir dengan tepat pun tidak menunjukkan
suasana yang netral karena warna indikator berubah. Oleh karena itu ada yang
disebut titik ekuivalen yaitu waktu ketika jumlah titran dengan titrat ekuivalen
sehingga suasana benar-benar netral.
Fungsi
penambahan alkohol netral adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam
sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan
adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan
konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut
lemak yang baik. Fungsi pemanasan saat percobaan adalah agar reaksi antara
alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi
diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya. Pemberian tiga tetes indikator
fenolftalein (pp) pada praktikum ini adalah sebagai indikator pembuktian bahwa
bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah dititrasi
dengan KOH, larutan alkohol dan minyak kelapa yang telah ditetesi indikator
fenolftalein (pp) berubah warna menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa
larutan tersebut bersifat basa. Penggunaan KOH saat proses titrasi adalah untuk
menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah
volume yang digunakan untuk mentitrasi larutan minyak kelapa dan alkohol
digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas.
Menurut
(Sudarmadji, 2002) angka penyabunan dipergunakan untuk menentukan berat molekul
minyak secara kasar. Minyak yang tersusun oleh asam lemak rantai C pendek
berarti mempunyai berat molekul relatif kecil yang akan mempunyai angka
penyabunan yang besar. Angka penyabunan yang tinggi membutuhkan banyak KOH
karena banyak asam lemak berantai pendek. Angka penyabunan merupakan bilangan
penyabunan yang dinyatakan sebagai banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak
dan lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang
satu dengan yang lainnya.
Dari
praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa bilangan asam untuk sampel
susu SGM yaitu 3,0294 dan untuk susu Frisian Flag yaitu 7,0686. Sedangkan bilangan
penyabunan untuk sampel susu SGM yaitu 100,95 dan untuk susu Frisian Flag yaitu
207,57. Menurut literatur range untuk
bilangan penyabunan yaitu 200-205 sehingga
dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi syarat tetapi sampel susu
Frisian Flag tidak memenuhi syarat, sedangkan untuk bilangan asam syarat range yaitu
2-7 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi syarat tetapi
sampel susu Frisian Flag sudah melewati range batasan maksimum (tidak memenuhi
syarat).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Bilangan
asam untuk sampel susu SGM yaitu 3,0294 dan untuk susu Frisian Flag yaitu
7,0686.
2.
Bilangan
penyabunan untuk sampel susu SGM yaitu 100,95 dan untuk susu Frisian Flag yaitu
207,57.
3.
Menurut
literatur range untuk bilangan penyabunan yaitu
200-205 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi syarat tetapi
sampel susu Frisian Flag tidak memenuhi syarat, sedangkan untuk bilangan asam
syarat range yaitu 2-7 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu SGM memenuhi
syarat tetapi sampel susu Frisian Flag sudah melewati range batasan maksimum
(tidak memenuhi syarat).
V.2 Saran
Disarankan
agar asisten mendampingi praktikan selama praktikum, agar sekiranya prosedur
pengerjaan sesuai yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang tepat dan
akurat tanpa adanya faktor kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan, Penerbit ITB, Bandung
Harun, N.,
2006, Penuntun praktikum kimia sawit,
Universitas Jambi, Jambi
Ketaren, S.,
2002, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Cetakan Pertama, UI-Press, Jakarta
Lamsihar,
G., 2007, Laporan Penelitian Saponifikasi,
USU, Medan
Soerawidjaja,
T., 2005, Mendorong Upaya Pemanfaatan dan Sosialisasi Biodiesel Secara Nasional
, Makalah disampaikan pada pertemuan duabulanan ke-3 LP3E KADIN Indonesia,
Jakarta
Sudarmadji, S., 2003, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta
Winarno, F., G., 2002, Kimia Pangan dan Gizi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Yazid, E.,
2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, Penerbit
Andi, Yogyakarta
LAMPIRAN
Skema
Kerja
Timbang 5 g sampel (lemak/minyak)
|
Masukkan ke dalam Erlenmeyer
|
Setelah dingin, larutan lemak di titrasi dengan larutan baku KOH 0,1
N menggunakan indikator fenolftalein
|
Apabila cairan yang di titrasi berwarna gelap ditambahkan pelarut
yang cukup banyak indikator bromotimol biru sampai terbentuk warna biru.
Hitung bilangan asam
|
Setelah ditutup dengan pendingin balik, panaskan sampai mendidih dan
digojok kuat-kuat
|
Akhiri titrasi apabila terbentuk warna merah mudah yang tidak hilang
selama 30 detik
|
Tambahkan 50 mL alkohol 95% netral
|
Penentuan bilangan penyabunan
Tambahkan 50 mL Larutan KOH-etanolik
|
Dinginkan dan tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein
|
Hitung bilangan penyabunan
|
Timbang 5 g sampel (lemak/minyak)
|
Masukkan ke dalam Erlenmeyer
|
Titrasi kelebihan KOH dengan larutan baku HCl 0,5 N
|
Setelah ditutup dengan pendingin balik, didihkan dengan hati-hati
selama 30 menit
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar