BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara bersamaan, maka mungkin
terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama dapat
memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua.
Karena interaksi obat
pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan kerusakan pada pasien,
maka interaksi obat harus lebih diperhatikan dari sekarang dan dengan demikian
dapat dikurangi jumlah dan keparahannya.
Selain itu tidak hanya
interaksi antar obat dengan obat tetapi juga adakalanya terjadi interaksi dari
obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat dan
biotransformasi dan lain-lain.
Interaksi obat adalah perubahan efek
suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan,
obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat
terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Dilakukannya
praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami interaksi yang mungkin terjadi
antara obat-obat pada resep polifarmasi. Praktikum ini dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa setiap dokter pasti akan melakukan peresepan obat dan mungkin
tidak hanya satu jenis obat yang diresepkan pada waktu yang sama. Oleh karena itu
perlu diketahui interaksi yang mungkin terjadi antara obat yang satu dengan
yang lain.
B.
Maksud
Praktikum
Menganalisis dan mempelajari interaksi
obat amoxicilin, apabila diminum dengan jus jeruk (You C - 1000) pada manusia.
C.
Tujuan
Praktikum
Menentukan absorbansi
obat amoxicilin, yang diminum dengan jus jeruk (You C - 1000) pada manusia.
D.
Prinsip
Percobaan
Probandus minum
obat amoxcilin kemudian minum jus jeruk (You C - 1000)
Setelah itu, diukur urinnya dengan selang waktu pada menit ke-30 dan 60. Kemudian
diukur absorbansi urin pada spektrofotometer.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori
umum
Interaksi
obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related
problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang
dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi
ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh
kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Lullmann,
2000).
Interaksi
farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi
jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (Craig,
2007).
Absorbsi
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap
dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi
interaksi selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi
melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi
secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi
ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi
perpindahan obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul
yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara
transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif. Obat dalam bentuk
tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel, sedangkan obat
dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di bawah
kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorpsinya
biasanya sempurna(Katzung, 2007).
Distribusi
Interaksi dalam
ikatan protein plasma. Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang
bersifat asam terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada
asam α1-glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas,
maka terjadi kompetisi antara obat-obat yang bersifat asam maupun antara
obat-obat yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama.
Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein plasma, maka suatu
obat dapat digeser dari ikatannya dengan protein plasma oleh obat lain, dan
peningkatan kadar obat bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan
tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat
bebas juga meningkatnya eliminasinya sehingga akhirnnya tercapai keadaan mantap
yang baru dimana kadar obat total menurun tetapi kadarobat bebas kembali
seperti sebelumnya (mekanisme kompensasi) (Craig, 2007).
Metabolisme
Hambatan metabolisme
obat. Hambatan metabolisme terutama menyangkut obat – obat yang merupakan
substrat enzim metabolisme sitokrom P450 (CYP) dalam mikrosom hati. Dalam bab 1
di bagian farmakokinetik telah disebutkan adanya 6 isoenzim CYP yang penting
untuk metabolisme obat. Tiap isoenzim tersebut mempunyai substrat dan
penghambatnya masing – masing. Pemberian bersama salah satu substrat dengan
salahsatu penghambat dari enzimyang sama akan meningkatkan kafar plasma
substrat sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya. Oleh karena CYP 3A4/5
memetabolisme sekitar 50 % obat untuk manusia, maka penghambat isoenzim ini
menjadi penting karena akan berinteraksi dengan banyak obat, terutama
penghambat yang poten, yakni ketokonazol, itrakonazol, eritromisin dan
klaritromisin (Ganiswara, 2007).
Eliminasi
Gangguan ekskresi
ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat. Obat – obat yang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal adalah aminoglikosida, obat – obat lain yang eliminasinya
terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat – obat lain tersebut
sehingga menimbukan efek toksik (Ganiswara, 2007).
Interaksi farmaseutik inkompatibilitas ini
terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat
dicampur (inkompatibel).Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat
sebagai pembentukan endapan, perubahan wana dan lain-lain, atau mungkin juga
tidak terlihat.Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat
(Ganiswara,2007).
Interaksi farmakodinamik adalah
interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis
atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena
kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan
tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi (Goodman, 2006).
Insidens interaksi obat yang penting dalam
klinik sukar diperkirakan karena (1) dokumentasinya masih sangat jarang; (2)
seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan pada dokter akan
mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga interaksi obat
berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi
terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas
seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu terlalu
banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat; dan (3)
kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi
tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah,
adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu), penyakit tertentu (terutama
gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain (dosis
besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik) (Scanlon, 2007).
B.
Uraian
Obat
Amoxicillin
(Ditjen POM : 1995)
Nama
resmi : AMOXICILLIN
Nama
lain : Amoxicilin
Pemerian : Serbuk
hablur, putih; tidak berbau.
Kelarutan : Sukar
larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzen, dalam karbon
tetraklorida dan dalam kloroform
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya.
BAB
III
METODE
KERJA
A. Alat Yang Digunakan
Adapun
alat-alat yang digunakan yaitu aluminium foil, botol coklat, label, dan
spektrofotometer.
B.
Bahan Yang Digunakan
Adapun
bahan yang digunakan yaitu air mineral (aqua), yu-C1000, amoxicilin, dan
tissue.
C. Cara Kerja
Diukur
kadar volume urin pertama, diberikan obat amoxicilin dan diberi you-C1000. Diambil urin pada selang waktu
setiap 30’ dan 60’ dan diukur absorbansi pada spektrofotometer.
BAB
IV
DATA
PENGAMATAN
A.
Tabel
Pengamatan
t (menit)
|
Du (mL/menit)
|
DU Kumulatif
|
Du∞ - Dukumulatif
|
Log Du∞ - Dukumulatif
|
0
|
220
|
220
|
1160
|
3,064
|
15
|
200
|
420
|
960
|
2,982
|
30
|
180
|
600
|
780
|
2,892
|
45
|
240
|
840
|
540
|
2,732
|
60
|
200
|
1040
|
340
|
2,531
|
90
|
180
|
1220
|
160
|
2,204
|
120
|
160
|
1380
|
0
|
~
|
B. Perhitungan
Cara
mencari DU kumulatif :
Menit
ke :
0 = 220
15 =
220 + 200 =
420
30 =
420 + 180 =
600
45 = 600
+ 240 =
840
60
= 840
+ 200 = 1040
90 = 1400
+ 180 = 1220
120 =
1220 + 160 = 1380
Cara
mencari Du`᷉`- Du kumulatif :
Menit ke :
0 = 1380 – 220 = 1160
15 =
1380 – 420 =
960
30 =
1380 – 600 =
780
45 = 1380
– 840 =
540
60
=
1380 – 1040 = 340
90 =
1380– 1220 = 160
120 =
1380 – 1380 = 0
Kemudian
diregresikan antara t dan log Du`᷉`- Du kumulatif,
diperoleh
:
a = 3,126
b =
- 0,009
r = -
0,989
Parameter Farmakokinetik Urin :
v
v
v
C. Pembahasan
Interaksi
obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan
absorbansi obat amoxicilin yang
diminum dengan you-C1000 pada
manusia dan melihat bagaimana interaksi yang terjadi ketika obat amoxicilin diminum bersamaan
dengan you-C1000.
Cara
kerja dari percobaan ini adalah urin pertama probandus sebagai blanko diambil
pagi hari dimana probandus telah dipuasakan terlebih dahulu.
Pada
percobaan ini akan diamati interaksi obat amoxicilin dan you-C1000
dengan mengukur dan menghitung nilai absorban dari sampel urin. Yang mana,
pertama-tama probandus menampung urin pertama sebagai blanko. Kemudian
diberi obat amoxicilin
dan you-C1000, dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit ditampung urin pada menit ke 30’ , 60’ , 120’, dan diukur nilai
absorbannya pada alat spektrofotometri kemudian dicatat data dan dihitung.
Berdasarkan data di atas, maka parameter
farmakokinetik yang diperoleh yaitu K = -1,
t ½ =,
dan klirens
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan maka dapat diperoleh kesimpulan untuk parameter farmakokinetik dari
data interaksi obat diperoleh nilai K
= -1,
t ½ =,
dan klirens .
B.
Saran
Sebaiknya
praktikan lebih memperhatikan jalannya praktikum agar dapat memahami prosedur praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Craig,
R.Craig and Robert E.Stitzel. 2007. Modern Pharmacology With Clinical
Application-6th Ed. Lippncott Williams & Wilkin. Virginia.
Ditjen
POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Depkes RI . Jakarta.
Ganiswarna,
Sulistia, 2007.Farmakologi dan Terapi
Edisi V. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI :
Jakarta.
Goodman and Gilman.
2006. The Pharmacologic Basis of Therapeutics – 11th Ed.,McGraw-Hill
Companies. Inc, New York.
Katzung,
G.Bertram. 2007. Basic & Clinical Pharmacology – 10th Ed. The
McGraw-Hill Companies. Inc, New York.
Lüllmann,
Heinz, [et al.]. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme. New
York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar