Jumat, 15 April 2016

Farmakokinetik-Laporan Interaksi Obat (IO)

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara bersamaan, maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua.
Karena interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan kerusakan pada pasien, maka interaksi obat harus lebih diperhatikan dari sekarang dan dengan demikian dapat dikurangi jumlah dan keparahannya.
Selain itu tidak hanya interaksi antar obat dengan obat tetapi juga adakalanya terjadi interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat dan biotransformasi dan lain-lain.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami interaksi yang mungkin terjadi antara obat-obat pada resep polifarmasi. Praktikum ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa setiap dokter pasti akan melakukan peresepan obat dan mungkin tidak hanya satu jenis obat yang diresepkan pada waktu yang sama. Oleh karena itu perlu diketahui interaksi yang mungkin terjadi antara obat yang satu dengan yang lain.
B.    Maksud Praktikum
Menganalisis dan mempelajari interaksi obat amoxicilin, apabila diminum dengan jus jeruk (You C - 1000) pada manusia.
C.    Tujuan Praktikum
Menentukan absorbansi obat amoxicilin, yang diminum dengan jus jeruk (You C - 1000) pada manusia.
D.    Prinsip Percobaan
Probandus minum obat  amoxcilin  kemudian minum jus jeruk (You C - 1000) Setelah itu, diukur urinnya dengan selang waktu pada menit ke-30 dan 60. Kemudian diukur absorbansi urin pada spektrofotometer.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Teori umum
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Lullmann, 2000).
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (Craig, 2007).
Absorbsi
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif. Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorpsinya biasanya sempurna(Katzung, 2007).
Distribusi
Interaksi dalam ikatan protein plasma. Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam α1-glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat-obat yang bersifat asam maupun antara obat-obat yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein plasma, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya dengan protein plasma oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga meningkatnya eliminasinya sehingga akhirnnya tercapai keadaan mantap yang baru dimana kadar obat total menurun tetapi kadarobat bebas kembali seperti sebelumnya (mekanisme kompensasi) (Craig, 2007).
Metabolisme
Hambatan metabolisme obat. Hambatan metabolisme terutama menyangkut obat – obat yang merupakan substrat enzim metabolisme sitokrom P450 (CYP) dalam mikrosom hati. Dalam bab 1 di bagian farmakokinetik telah disebutkan adanya 6 isoenzim CYP yang penting untuk metabolisme obat. Tiap isoenzim tersebut mempunyai substrat dan penghambatnya masing – masing. Pemberian bersama salah satu substrat dengan salahsatu penghambat dari enzimyang sama akan meningkatkan kafar plasma substrat sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya. Oleh karena CYP 3A4/5 memetabolisme sekitar 50 % obat untuk manusia, maka penghambat isoenzim ini menjadi penting karena akan berinteraksi dengan banyak obat, terutama penghambat yang poten, yakni ketokonazol, itrakonazol, eritromisin dan klaritromisin (Ganiswara, 2007).
Eliminasi
Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat. Obat – obat yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal adalah aminoglikosida, obat – obat lain yang eliminasinya terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat – obat lain tersebut sehingga menimbukan efek toksik (Ganiswara, 2007).
Interaksi farmaseutik inkompatibilitas ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel).Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan wana dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat.Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Ganiswara,2007).
            Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi (Goodman, 2006).
     Insidens interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena (1) dokumentasinya masih sangat jarang; (2) seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan pada dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat; dan (3) kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik) (Scanlon, 2007).
B.   Uraian Obat
Amoxicillin (Ditjen POM : 1995)
Nama resmi   :  AMOXICILLIN
Nama lain      :  Amoxicilin
Pemerian       :  Serbuk hablur, putih; tidak berbau.
Kelarutan       :  Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.






BAB III
METODE KERJA
A.     Alat Yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu aluminium foil, botol coklat, label, dan spektrofotometer.
B.    Bahan Yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan yaitu air mineral (aqua), yu-C1000, amoxicilin, dan tissue.
C.    Cara Kerja
Diukur kadar volume urin pertama, diberikan obat amoxicilin dan diberi  you-C1000. Diambil urin pada selang waktu setiap 30’ dan 60’ dan diukur absorbansi pada spektrofotometer.












BAB IV
DATA PENGAMATAN
A.   Tabel Pengamatan
t (menit)
Du (mL/menit)
DU Kumulatif
Du∞ - Dukumulatif
Log Du∞ - Dukumulatif
0
220
220
1160
3,064
15
200
420
960
2,982
30
180
600
780
2,892
45
240
840
540
2,732
60
200
1040
340
2,531
90
180
1220
160
2,204
120
160
1380
0
~

B. Perhitungan
*   Cara mencari DU kumulatif :
     Menit ke :
0       = 220
15     = 220 + 200   = 420
30     = 420 + 180   = 600
45     = 600 + 240   = 840
60     = 840 + 200   = 1040
90     = 1400 + 180 = 1220
120   = 1220 + 160 = 1380


*   Cara mencari Du`᷉`- Du kumulatif :
       Menit ke :
  0   = 1380220    = 1160
                     15   = 1380420    = 960
30   = 1380600    = 780
45   = 1380840    = 540
60   = 13801040  = 340
90  =  13801220   = 160
                   120   = 1380 – 1380  = 0
Kemudian diregresikan antara t dan log Du`᷉`- Du kumulatif,
diperoleh :
a = 3,126
b = - 0,009
r = - 0,989
*   Parameter Farmakokinetik Urin :
v
   
v

v
C. Pembahasan
 Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan absorbansi obat amoxicilin yang diminum dengan you-C1000 pada manusia dan melihat bagaimana interaksi yang terjadi ketika obat amoxicilin diminum bersamaan dengan you-C1000.
Cara kerja dari percobaan ini adalah urin pertama probandus sebagai blanko diambil pagi hari dimana probandus telah dipuasakan terlebih dahulu.
Pada percobaan ini akan diamati interaksi obat  amoxicilin dan you-C1000 dengan mengukur dan menghitung nilai absorban dari sampel urin. Yang mana, pertama-tama probandus menampung urin pertama sebagai blanko. Kemudian diberi obat amoxicilin dan you-C1000, dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit ditampung urin pada menit ke  30’ , 60’ , 120’, dan diukur nilai absorbannya pada alat spektrofotometri kemudian dicatat data dan dihitung.
Berdasarkan data di atas, maka parameter farmakokinetik yang diperoleh yaitu K = -1, t ½ =, dan klirens


















BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diperoleh kesimpulan untuk parameter farmakokinetik dari data  interaksi obat diperoleh nilai K = -1, t ½ =, dan klirens .
B.   Saran
Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan jalannya praktikum agar dapat memahami prosedur praktikum.




DAFTAR PUSTAKA
Craig, R.Craig and Robert E.Stitzel. 2007. Modern Pharmacology With Clinical Application-6th Ed. Lippncott Williams & Wilkin. Virginia.

Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI . Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia, 2007.Farmakologi dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.

Goodman and Gilman. 2006. The Pharmacologic Basis of Therapeutics – 11th Ed.,McGraw-Hill Companies. Inc, New York.

Katzung, G.Bertram. 2007. Basic & Clinical Pharmacology – 10th Ed. The McGraw-Hill Companies. Inc, New York.

Lüllmann, Heinz, [et al.]. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme. New York.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar