Jumat, 15 April 2016

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF FRAKSI AKTIF

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya.
Keanekaragaman tanaman yang dihasilkan didaerah tropis seperti diindonesia ini, tentunya ada beberapa tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Baik yang langsung dapat dinikmati ataupun harus mengalami proses pengolahan.
Dalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif.
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) merupakan metode isolasi yang sudah lama popular karena digunakan secara universal oleh mahasiswa dan peneliti khususnya bahan alam. Popularitas metode ini berkurang setelah muncul metode high-pressure liquid chromatography (HPLC) dan counter current chromatography (CCC).
KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan dalam jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi.
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.
            Pemisahan komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis preparative pada dasarnya sama dengan kromatografi lapis tipis biasa, naman perbedaan yang nyata ialah pada KLT preparative menggunakan lempeng yang berukuran besar (ukuran 20 x 20 cm dan 20 x 40 cm) dengan ketebalan 0,5 – 2 mm.
B. Maksud dan Tujuan Praktikum
1.    Makasud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi komponen kimia menggunakan metode kromatografi lapis tipis preparatif pada ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L. Wild)
2.    Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan identifikasi komponen kimia dari ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L. Wild) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif.
C.   Manfaat praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui bagaimana cara memisahkan atau mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.Wild)  menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Uraian Tanaman
1.    Klasifikasi ( Itis.gov)
Regnum          : Plantae
Sub regnum    : Viridiplantae
Infra regnum   : Streptophyta
Divisi                : Tracheophyta
Sub divisi        : Spermatophytina
Super divisi     : Embryophyta    
Kelas                : Magnoliopsida
Super ordo      : Lilianae
Ordo                 : Zingiberales
Family              : Zingiberaceae
Genus              : Alpinia
Spesies          : Alpinia galanga L. Wild
2.    Nama (Dalimartha, 2009)
Sumatera           : Langkueueh (Aceh), lengkuas (Gayo), kelawas, halawas (Batak), lakuwe (Nias), lengkuas (Melayu), langkuweh (Minang), lawas (Lampung), .
Jawa                 : Laja (Sunda), laos (Jawa).
Maluku              : Lawase, lawasr, (Seram), kourola (Amahai), laawasi,     

lawasi (Alfuru), galiasa (Halmahera, Ternate), lauwasel (Saparua), logoase (Buru).
       Kalimantan              : Lengkuwas (Banjar).  
Sulawesi                   :  Laja, langkuwasa (Makassar), aliku (Bugis), lingkuwas  (Menado), likui (Gorontalo)
3.    Uraian tumbuhan (Dalimartha, 2009)
                        Rimpang lengkuas merah berukuran besar dan tebal, berdaging, berbentuk, silindris, diameter sekitar 2-4 cm dan bercabang-caban. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila di keringkan, rimpang berubah agak kehijauan dan seratnya menjadi keras dan liat.
                  Lengkuas merupakan tumbuhan terna perennial, tumbuh tegak tinggi 1-2 m, berbatang semu dari pelepah daun yang menyatu berwarna hijau keputihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun tunggal, bertangkai pendek, bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing dan pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 25-50 cm, dan lebar 7-15 cm. pelepah 15-30 cm, beralur dan berwarna hijau. Perbuangan majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan bunga berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga dibagian bawah lebih banyak dari pada bagian atas sehingga tandan berbentuk piramida memanjang. Kelopak bunga berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan. Mahkota bunga yang masih kuncup pada bagian ujung berwarna putih dan bagian bawah berwarna hijau. Buah bentuk buni,, bulat, keras, hijau saat muda dan hitam kecoklatan setelah tua. Rimpang merayap, berdaging, kulit mengkilap dan beraroma khas.
                        Lengkuas sering digunakan sebagai rempah untuk penyedap dan pengawet masakan serta rasa pedas dan panas. Ada dua kultivar yang ditanam maupun tumbuh liar, yaitu lengkuas merah dan lengkuas putih. Lengkuas putih memiliki bagian tanaman yang lebih besar daripada varietas lain. Rimpang lengkuas merah berwarna dengan bentuk dan rumpung lebih kecil daripada lengkuas putih. Lengkuas putih biasa dipakai sebagai penyedap masakan, sedang lengkuas merah, walaupun lebih harum sebagai penyedap masakan, umumnya digunakan sebagai obat. Batang yang sangat muda dan tunas bunga dapat dimakan sebagai sayuran. Alpinia oil yang berasal dari rimpang Alpinia galanga berupa minyak berwarna kuning dengan bau rempah-rempah. Perbanyakan dengan biji, potongan rimpang yang telah bertunas, atau pemisahan rimpang anakannya.   
4.    Ekologi dan Persebaran (Dalimartha, 2009)
                  Lengkuas tumbuh di seluruh Indonesia. Di Jawa tumbuh liar di hutan dan semak-belukar atau di tanam dipekarangan. Tanaman ini sekarang dibudidayakan. Lengkuas dapat tumbuh di tempat terbuka atau sedikit terlindung, dari dataran rendah sampai ketinggian 1200 m dpl.

5.    Bagian yang Digunakan (Dalimartha, 2009)
                        Rimpang dan buah, segar atau yang telah dikeringkan.
6.    Kegunaan (Dalimartha, 2009)
      Rimpang lengkuas digunakan untuk pengobatan seperti haid tidak lancar, pegal linu, masuk angin, diare kronik, tidak nafsu makan, demam, kejang panas, menghilangkan bau mulut dan bau badan, sariawan berat, menghilangkan sakit seperti sakit telinga, sakit tenggorok, batuk, menghilangjan dahak pada bronchitis, radang paru, paru-paru bernanah dan disfungsi ereksi.
7.    Khasiat dan Pemanfaatan (Dalimartha, 2009)
Rasa pedas, bersifat hangat. Menetralkan racun, menurunkan panas, menghilangkan nyeri (analgesik), meluruhkan kentut (karminatif), meluruhkan kencing, anti jamur (antifungi), penyegar (stimulan), memperkuat lambung, meningkatkan nafsu makan (stomakik) dan afrodisiak.
8.    Kandungan Kimia (Dalimartha, 2009)
Rimpang mengandung minyak atsiri sekitar 1% (mengandung cineole, methyl cinnamate, eucalyptol, eugenol, pinene, candinene), flavanoids (galangin kaemferide, alpinin), dan acrid resin galangol. Juga mengandung camphor, seskuiterpen, hydrates hexahydrocadalene, dan Kristal kuning.
Minyak atsiri yang mudah menguap ini dapat meransang kulit dan mukosa. Jika diminum, berkhasiat menolak angin dan menahan gerakan usus kecil, di samping mempunyai efek antiseptik ringan. Jika disemprotkan pada lalat akan mati.
9.    Kunci Determinasi (Steenis, 2006)
                Adapun kunci determinasi lengkuas yaitu :
1b…2b…3b…4b…6b…7b…9b…10b…12a…84b…88b…89b…91a…109b…119b…120b…128b…129b…135b…136b…139b…140b…142b…143b…146b…154b…155b…156b…162b…163b…167a…168b…    
B.   Uraian Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Kennedy, 1990).
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi cair (Hendayana, 1994).
Kromatografi ialah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan zat-zat terlarut yang bergerak bersama-sama dengan pelarutnya pada permukaan suatu benda penyerap. Cara ini umum dilakukan pada pemisahan zat-zat berwarna (bahasa Yunani: chromos = warna) (Kennedy, 1990).
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan (Ibnu, 2005).
Meski banyak terdapat metode seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat metode lain yang pembiayaannya paling murah dan memakai peralatan paling dasar yaitu Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). adsorben yang paling banyak digunakan yaitu  silika gel yang dipakai untuk pemisahan campuran lipofil maupun senyawa hidrofil. ketebalan adsorben yang paling sering digunakan ialah 0,5–2 mm. pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran tingkat mutu KLT  (Heftmann, 2003).
Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tanwarna, dan penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi kromatografi lapis tipis kuantitatif (Nasution, 2010).
Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Munson, 2010).
Adsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah silika gel dan aluminium oksida. Silika gel umumnya mengandung zat tambahan Kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Zat ini digunakan sebagai adsorben universal untuk kromatografi senyawa netral, asam dan basa. Aluminum iksida mempunyai kemampuan koordinasi dan oleh karena itu sesuai untuk pemisahan senyawa yang mengandung gugus fungsi yang berbeda. Aluminium okida mengandung ion alkali dan dengan demikianbereaksi sebagai basa dalam suspensi air. Disamping kedua adsorben yang sangat aktif ini dalam hal tertentu dapat digunakan “kieselgur” yang kurang aktif sebagai lapis sorpsi (Munson, 2010).
Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Koefisien pemisahan dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka semakin besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Proses ekstraksi dalam tanaman (zat aktif) yaitu pelarut organik menembus membran atas dinding sel dan masuk ke dalam inti atau rongga sel kemudian larut dengan zat aktif dan berdifusi dan memiliki konsentrasi di luar dan di dalam sel (Harborne, 2000).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prosesnya adalah sebagai berikut : pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terelarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar sel (Sudjadi, 1986).



BAB III
Prosedur Kerja
A.   Alat dan Bahan
1.  Alat
 Adapun alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu botol eluen, cawan porselin, chamber KLTP, gelas ukur, gunting, hairdryer, lampu UV 254 dan UV 366 , lempeng KLTP, mistar, pinset, pipa kapiler, pensil 2B, pipet, sendok besi, dan vial.
2.  Bahan
                    Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu aquadest, aluminium foil, ekstrak kental rimpang lengkuas (Alpinia galanga L. Wild), kloroform, label, methanol dan tissue.
B.   Cara Kerja
1.    Skrining Kromatografi Lapis tipis
Disiapkan alat-alat yang akan digunakan diambil fraksi dari percobaan kromatografi kolom konvensional dan kromatografi cair vakum kemudian di totolkan ke lempeng KLT biasa yang berukuran 7x1 kemudian dielusi dengan eluen kloroform : methanol : air perbandingan 8 : 1 : 1 kemudian dilihat dibawah UV254 dan UV366 kemudian di seprot dengan DPPH. Setelah itu dilihat warna yang baik kemudian dilanjutkan ke kromatografi lapis tipis preparatife.

2.    Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
            Disiapkan Alat dan bahan. Dipilih fraksi yang aktif (yang terbaik). Ditotolkan dengan pipa kapiler fraksi yang aktif pada lempeng KLTP 20 x 20 secara garis lurus. Dielusi didalam chamber KLTP dengan eluen n-heksan:etil asetat 6:4. Diamatidibawah sinar  UV 254 dan 366 nm. Disemprotkan dengan DPPH. Dikeruk noda atau pita yang aktif dari silika gel. Ditampung di dalam vial.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Praktikum

No

Isolate

Eluen

Nilai Rf
Warna bercak
UV 254
UV 366
1
KKK
Kloroform : Metanol : Air
8 : 1 : 1
0,94118

Hijau

Ungu
2
KCV
Kloroform : Metanol : Air
8 : 1 : 1
0,76471

Hijau

Ungu



B.       Pembahasan
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Adsorpsi dan partisi berdasarkan pada jumlah dan cara penotolan cuplikan yang berkesinambungan yang memberikan hasil elusi berupa pita.
Pemisahan suatu senyawa dari senyawa lain dalam suatu ekstrak, dimana senyawa-senyawa itu akan terpartisi sesuai tingkat kepolarannya, Diana fase diam yang digunakan adalah bubuk silika kasar yang dimampatkan pada kolom yang terlebih dahulu di masukkan kapas untuk mencegah silikanya turun, dan digunakan kertas saring agar proses partisi dapat berjalan baik dan lebih selektif Karen lewat pori-pori penggunaan perbandingan eluen tertentu berguna untuk mempartisi ekstrak dan digunakan dari yang paling non polar lalu paling polar agar proses pemisahan lebih baik dan di bantu dengan bantuan gaya gravitasi.
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara dan identifikasi senyawa aktiif dari fraksi Lamtoro (Leucaena leucocephala Lmenggunakan kromatografi lapis tipis preparative. Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pemisahan senyawa aktif dari fraksi Lamtoro (Leucaena leucocephala Lmenggunakan kromatografi lapis tipis preparative.
Cara kerja dari praktikum ini yaitu, Disiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan kemudian dimasukkan lempeng yang telah  di totol dalam chamber yang berisi eluen. Diamati eluen yang naik sampai batas tanda, kemudian diamati pada lampu UV 254 nm dan 366 nm kemudian disemprot dengan DPPH.
Pada praktikum KLTP digunakan 2 hasil jenis fraksi yaitu fraksi dari hasil KKK dan KCV. Dimana fraksi KKK yang diambil itu fraksi berwarna Hijau sedangkan pada KCV fraksi yang diambil yaitu yang berwarna kuning. Tujuannya untuk membandingkan fraksi yang mana paling Nampak noda untuk dikerok. Dimana hasil yang diperoleh yaitu fraksi dari KCV yang paling baik atau paling bagus, karena bercak pita yang terbentuk terbentuknya beberapa pita pada lempeng KLTP dimana pita yang akankeruk pada lempeng adalah pita yang memiliki warna yang lebih kuning berlatar ungu yang dapat disebut sebagai fraksi aktif,.
Pada praktikum yang dilakukan di dapatkan nilai Rf pada fraksi 1 yaitu 0,94118 cm dan nilai Rf untuk fraksi 2 yaitu 0,76471 cm.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan kromatografi lapis tipis preparatif diperoleh hasil nilai Rf pada fraksi 1 yaitu 0,94118 cm dan nilai Rf untuk fraksi 2 yaitu 0,76471 cm.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih aktif dan lebih disiplin dalam melakukan praktikum dan sebaiknya alat-alat laboratorium agar lebih dilengkapi lagi agar proses praktikum dapat berjalan lancar.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014, ”Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 2”, FakultasFarmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Dalimartha., Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Jakarta: Pustaka Bunda.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia :Penuntun cara modern menganalisa tumbuhan.  PALMedia creative pro: Bandung.

Heftmann, E. 2003. Steroids Dalam Kromatografi, Fundamentals and Aplication, Amsterdam.
Hendayana, Sumar.1994.”Kimia Analitik Instrumentasi IKIP Semarang Press: Semarang.

Ibnu, dkk. 2005, "Flora untuk Sekolah di Indonesia”, PT. PradnyaParamita, Jakarta.

Kennedy, John.1990.”Analytical Chemistry Principles”. Sounders College Publishing:New York.

Munson, 2010. "Plant Resources of South East Asia,Edible Fruits and Nuts" , Prosea Foundation, Bogor.
Nasution, 2010."Pharmacochemical Investigation on Raw Materialsof Passiflora Edulis Forma Flavicarpa" :Planta Med.

Sudjadi, Drs., 1986, “Metode Pemisahan”, UGM Press, Yogyakarta.

Steenis, van. C.G.G.J. 2006. Flora. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TNS&search_value=506513/20-04-2015

      LAMPIRAN
A.   Skema kerja
a.    Skrining Kromatografi Lapis Tipis
Disiapkan Fraksi 1 dan 2

Setiap fraksi di totolkan pada lempeng KLT
 


Dielusi dengan pelarut yang sesuai

Dilhat dibawah UV254 dan UV366

Disemprot dengan DPPH

Dilihat warna yang baik




b.    Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Disiapkan Fraksi 1 dan 2 yang diperoleh dari skrining

Setiap fraksi di totolkan pada lempeng KLT kaca
 


Dielusi dengan pelarut yang sesuai

Dilhat dibawah UV254 dan UV366

Disemprot dengan DPPH

Dilihat warna yang baik

Dikeruk isolat dan dimasukkan kedalam vial
B.   Perhitungan nilai Rf
1.    Fraksi 1
Rf   =  = 0,94118 cm
2.  Fraksi 2
Rf =  = 0,76471 cm



1 komentar:

  1. ka, boleh minta dalam bentuk file? mohon bantu ka.
    kalo bisa kirim file ke email saya ipongertyk94@gmal.com
    terimakasih

    BalasHapus