Jumat, 15 April 2016

PENENTUAN KADAR LAKTOSA DAN ASAM AMINO GLISIN DALAM SUSU FORMULA SECARA VOLUMETRI

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim laktase. Berbeda dengan sebagian besar mamalia yang tidak lagi memproduksi laktase sejak masa penyapihan, pada manusia, laktase terus diproduksi sepanjang hidupnya.
   Susu merupakan bahan pangan yang tersusun atas berbagai nilai gizi dengan proporsi seimbang. Tingginya kandungan gizi pada susu justru  merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, sehingga susu merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak atau perishable.
     Kelemahan susu dalam hal masa simpan yang relative singkat membutuhkan sentuhan teknologi modern berupa pasteurisasi. Pasteurisasi efektif membunuh mikroba yang berpotensi patogenik di dalam susu, namun proses ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora miroba yang berisfat termosistem atau  tahan terhadap suhu tinggi, sehingga diperlukan aplikasi proses penanganan lainnya berupa pengawetan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi.
     Salah satu alternatif proses penanganan susu pasteurisasi dengan tujuan mempertahankan kualitas maupun kuantitas susu adalah memanfaatkan bahan herbal, misalnya daun Aileru sebagai bahan alami dalam mempertahankan masa simpan susu pasteurisasi.
     Laktosa yang terdapat pada susu, perlu dihidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa terlebih dahulu supaya bisa diserap oleh dinding usus dan memasuki peredaran darah. Untuk proses hidrolisa tersebut diperlukan ensim laktase, yang terdapat pada brush border mukosa usus halus. Adanya defisiensi ensim tersebut akan menyebabkan kondisi yang disebut intoleransi laktosa.
I.2  Maksud percobaan
                  Adapun maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar laktosa dan asam amino glisin dalam susu formula (Nutribaby dan Bebelove) secara volumetri.
I.3  Tujuan Praktikum
                  Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar laktosa dan asam amino glisin dalam susu formula (Nutribaby® dan Nutricia Bebelove®) secara volumetri.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori
Susu merupakan bahan pangan yang tersusun atas berbagai nilai gizi dengan proporsi seimbang. Tingginya kandungan gizi pada susu justru merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, sehingga susu merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak atau perishable. Kelemahan susu dalam hal masa simpan yang relative singkat membutuhkan sentuhan teknologi modern berupa pasteurisasi. Pasteurisasi efektif membunuh mikroba yang berpotensi patogenik di dalam susu, namun proses ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora mikroba yang bersifat termoresisten atau tahan terhadap suhu tinggi, sehingga diperlukan aplikasi proses penanganan lainnya berupa pengawetan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi (Hariyadi, 2000).
Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui lainnya yang diperah secara kontinu dan bahan komponen-komponennya tidak dikurangi dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain. Komponen utama susu terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Komponen-komponen lainnya yang terkandung dalam susu yang jumlahnya sedikit tetapi penting antara lain lesitin, kolesterol, dan asam-asam organik (Hariyadi, 2000).
                   Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam air susu. Bentuk ini tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa didalam darah air susu adalah 4,6% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu galaktosa. Sifat susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu (Hariyadi, 2000).
Laktosa yang terdapat pada susu, perlu dihidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa terlebih dahulu supaya bisa diserap oleh dinding usus dan memasuki peredaran darah (Ingram et al. 2009).
Untuk proses hidrolisa tersebut diperlukan ensim laktase, yang terdapat pada brush border mukosa usus halus. Adanya defisiensi ensim tersebut akan menyebabkan kondisi yang disebut intoleransi laktosa (Sinuhaji, 2006).
Intoleransi laktosa merupakan suatu kondisi yang sering terjadi di seluruh dunia dimana laktosa tidak bisa tercerna dengan baik karena adanya defisiensi ensim laktase. Laktosa yang tidak bisa terpecah menjadi glukosa dan galaktosa inilah yang akan menimbulkan beberapa manifestasi klinis yang beragam, mulai dari sakit perut, mual, muntah, kembung, hingga diare (Heyman, 2006).
Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim pencernaan yang terdapat dalam usus halus. Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang disebabkan oleh kekurangan enzim lactase. Gejala-gejala intoleransi laktosa meliputi antara lain: perut kembung (banyak gas), sakit perut dan diare. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat intoleransi laktosa, dapat dilakukan berbagai hal seperti membaca label pangan dengan seksama, pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi dan pemilihan produk-produk susu (BPOM, 2008).
Dalam kondisi tertentu, laktosa yang terkandung dalam susu, baik ASI maupun susu formula tidak bisa dipecah menjadi bagian-bagian penyusunnya di dalam usus halus yang mengonsumsinya, sebagai akibat tiadanya asupan getah pencernaan laktase. Kejadian semacam ini sering dikenal se-bagai infeksi laktosa. Infeksi laktosa dapat terjadi bila bayi tidak mendapatkan asupan getah pencernaan laktase yang memadai. Getah pencernaan laktase adalah enzim yang dibutuhkan bayi untuk mencerna laktosa, salah satu jenis karbohidrat atau gula yang terdapat dalam susu sapi atau susu formula yang berbahan dasar susu sapi (Wyeth Nutrition, 2011).
        II.2 Uraian Sampel
1.  Susu Formula Nutricia Nutribaby®
Komposisi           : whey protein yang telah didemineralisasi, minyak nabati (mkengandung lesitin kedelai), susu bubuk skim, Galakto Oligo Sakarida (GOS), laktosa, konsentrat whey protein, mineral, Frukto Oligo Sakarida (FOS), minyak sel tunggal (AA), minyk ikan (DHA), vitamin, kolin klorida, taurin, L-karnitin, mio inositol.
Diproduksi           :  PT. Nutricia Indonesia Sejahtera
2.    Susu Formula Nutricia Bebelove®
Komposisi                    :        Laktosa, Minyak Nabati, Whey Protein Yang Telah Didemineralisasi, Susu Skim Bubuk, Konsentrat Whey Protein, Galakto Oligosakarida, 11 Mineral, Frukto Oligosakarida, Minyak Sel Tunggal (AA), 13 Vitamin, Kolin Klorida, Minyak Ikan (DHA), Mio Inositol, Taurin, L-Sistein, L-Karnitin.
Diproduksi                    :        PT. Nutricia Indonesia Sejahtera
II.3  Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
1.  Penetapan kadar laktosa
Timbang 2 gram sampel dan dipindahkan dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan 20 mL aquades, kemudian tambahkan 1 mL asam trikloroasetat (TCA) untuk mengendapkan protein. Setelah 10 menit, netralkan cairan dengan NaOH 1 N dan encerkan sampai batas tanda. Saring dan gunakan filtrate yang jernih.
a.  Pipet 25 mL cairan tadi ke dalam labu tentukur 50 mL dan tambahkan 5 mL reagent ZnSO4 dan kocok. Tambahkan 5 mL larutan NaOH 0,75 N dan kocok, kemudian encerkan dengan aquades sampai tanda.
b.  Diamkan suspense tadi selama sekira 10 menit untuk mengendapkan protein, kemudian saring dengan kertas saring dan kumpulkan filtrate.
c.  Pipet 25 mL fitrat jernih, masukkan dalam Erlenmeyer 250 mL yang bertutup. Tambahakan 20 mL larutan KI 10%, 50 mL larutan Chloromine-T tutup Erlenmeyer dan kocok mlarutan, diamkan selama 90 menit. Kemudian tambahkan 10 mL HCl 2 N dan indicator pasta kanji.
d.  Titrasi larutan dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai warna abu-abu terbentuk.
e.  Buatlah titrasi blanko dengan mengganti 25 mL larutan susu dengan aquadest.
f.   Hitunglah kadar laktosa dalam sampel susu formula.
2.  Penetapan Kadar Asam Amino Glisin
            Prosedur           : timbang seksama sekira 150 mg sampel susu formula, larutkan dalam 25 mL aquades. Tambahkan 10 mL formaldehida dan buat larutan menjadi pH 9,0 (saring jika larutan tidak jernih), kemudian tambahkan 5 tetes indicator campuran (75 mg fenolftalein dan 25 mg biru timol dalam 100 mL alcohol 50%). Titrasi dengan baku NaOH 0,1 N sampai warna kuning hilang dan timbul warna violet. Tiap mL NaOH 0,1 N setara sengan 7,507 mg glisin. Hitung % kadar glisin dalam sampel susu formula (gunakan persamaan pada percobaan II).



BAB III METODE KERJA
III.1 Alat Praktikum
Adapun alat yan g digunakan pada praktikum ini yaitu buret, Erlenmeyer, labu tentukur, pipet volum, statif dan timbangan analitik.
III.2 Bahan yang digunakan
                 Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, asam asetat glasial, Asam trikloroasetat (TCA) 30% (3 gram dalam 1 Liter aquadest), Indicator chloromine-T (larutan 7,0 g chloromine-T dalam 1 liter aquadest), Indicator Kristal violet, Indicator pasta kanji, Kertas timbang, Larutan baku asam perklorat 0,1 N, Larutan baku Na2S2O3 0,1 N (25,0 gram Na2S2O3.5H2O dan tambahkan 0,3 gram Na2CO3 encekan sampai 1 liter), Larutan HCl 2 N, Larutan KI 10% (10 g KI dalam 90 mL aquadest), Larutan NaOH 1 N dan 0,75 N, Reagent ZnSO4 (375 gram ZnSO4 7H2O dalam 2,125 mL aquadest), Susu formula (bentuk serbuk dan/ cair).
III.3  Cara Kerja
1.    Penetapan kadar laktosa
       Ditimbang 2 gram sampel dan dipindahkan dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 20 mL aquades, kemudian ditambahkan 1 mL asam trikloroasetat (TCA) untuk mengendapkan protein. Setelah 10 menit, dinetralkan cairan dengan NaOH 1 N dan diencerkan sampai batas tanda. Saring dan gunakan filtrate yang jernih.
        Dipipet 25 mL cairan tadi ke dalam labu tentukur 50 mL dan ditambahkan 5 mL reagent ZnSO4 dan dikocok. Ditambahkan 5 mL larutan NaOH 0,75 N dan dikocok, kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda.
Didiamkan suspensi tadi selama sekira 10 menit untuk mengendapkan protein, kemudian disaring dengan kertas saring dan dikumpulkan filtrate.
       Dipipet 25 mL fitrat jernih, dimasukkan didalam Erlenmeyer 250 mL yang bertutup. Ditambahkan 20 mL larutan KI 10%, 50 mL larutan Chloromine-T tutup Erlenmeyer dan dikocok larutan, didiamkan selama 90 menit. Kemudian ditambahkan 10 mL HCl 2 N dan indicator pasta kanji.
        Dititrasi larutan dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai warna abu-abu terbentuk.
        Dibuatlah titrasi blanko dengan mengganti 25 mL larutan susu dengan aquadest.
Dihitunglah kadar laktosa dalam sampel susu formula.
2.    Penetapan Kadar Asam Amino Glisin
Ditimbang seksama sekira 150 mg sampel susu formula, dilarutkan dalam 25 mL aquades. Ditambahkan 10 mL formaldehida dan buat larutan menjadi pH 9,0 (saring jika larutan tidak jernih), kemudian ditambahkan 5 tetes indicator campuran (75 mg fenolftalein dan 25 mg biru timol dalam 100 mL alkohol 50%). Dititrasi dengan baku NaOH 0,1 N sampai warna kuning hilang dan timbul warna violet. Tiap mL NaOH 0,1 N setara sengan 7,507 mg glisin. Hitung % kadar glisin didalam sampel susu formula (gunakan persamaan pada percobaan II).



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
a.  Data Pengamatan


Susu Formula

Vtitrasi (mL)
VBlangko (mL)

Berat sampel  (mg)
Nutricia Bebelove
9,3
10
1000
Nutricia NutriBaby
5,6
-
1000
Nutricia NutriBaby
0,7
-
1000

b.  Perhitungan
a.    Perhitungan Laktosa
Kelompok 1 dan 2



b.    Perhitungan asam amino glisin
·      Kelompok 3



 
 = 140%
·      Kelompok 3



 
 = 17,5%



IV.2 Pembahasan
         Susu merupakan bahan pangan yang tersusun atas berbagai nilai gizi dengan proporsi seimbang. Tingginya kandungan gizi pada susu justru merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, sehingga susu merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak atau perishable.
         Asam amino adalah senyawa organic yang mengandung gugus amino dan gugus karboksilat. Asam amino tebagi menjadi asam amino essensial dan asam amino essensial. Asam amino nonessensial adalah asam amino yang bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan asam amino essensial adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh.
Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam air susu. Bentuk ini tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa didalam darah air susu adalah 4,6% dan ditemukan dalam keadaan larut.
Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa,maka laktosa disebut disakarida pereduksi.  Untuk mengetahui kadar laktosa dalam susu, bisadilakukan semua cara yang sesuai untuk gula pereduksi.  Pada percobaan kali ini, digunakanmetode Folin-Wu untuk memisahkan protein dari susu sehingga susu menjadi bebas protein. Selain itu digunakan pula metode Nelson sebagai penentuan kadar laktosa berdasarkan absorbansinya.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar laktosa dan asam amino glisin dalam susu formula (Nutribaby® dan Nutricia Bebelove®) secara volumetri.
Tujuan penambahan aquades adalah mengencerkan susu sehingga albumin dalam susu akan larut oleh aquades.  Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas.
Pada percobaan penetapan kadar laktosa ditambahkan asam trikloroasetat gunanya yaitu untuk mengendapkan proteinnya dan ditambahkan NaOH 1 N agar membuat larutan menjadi netral. Ditambahkan larutan KI dan chloromine T agar dapat mengikat laktosa yang terdapat dalam sampel dan ditambahkan indicator pasta kanji ini untuk membantu mempercepat reaksi antara larutan KI dan chloromine terhadap laktosa dan membantu larutan baku agar hanya mengikat laktosannya saja,  setelah itu dititrasi agar hanya sampel  yang bereaksi dengan larutan baku Na2S2O3.
Pada percobaan ini penetapan kadar asam amino glisin ditambahkan formaldehid untuk mengikat gugus amino dan membentuk kompleks asam amino formaldehid sehingga gugus karboksilnya yang bebas dapat dititrasi, kenapa pH nya harus 9 karena pada pH tersebutlah formaldehid dapat membentuk komplek asam amino.ditambahkan indicator campuran fenolftalien dan timol biru untuk membantu mempercepat reaksi yang terbentuk dan menjagaa pH tetap berada pada pH 7  lalu dititrasi dengan NaOH agar dapt mengikat gugu karboksil yang bebas tadi sampai terbentuk warna dari kuning menjadi ungu.
Setelah dilakukan percobaan diperoleh kadar laktosa sebesar 2121 % (dalam bentuk mg diubah dalam bentuk gram menjadi 2,121%) dan asam amino glisin sebesar 0,140 %, sedangkan yang tertera pada wadah, kadar laktosa pada susu Nutribaby® yaitu untuk 100 gram 52 gram jadi dari data diaatas memenuhi standar sebagai laktosa sedangkan asam amino glisin sesuai etiket susu  tidak terdapat dalam sampel susu Nutricia Bebelove®
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan diperoleh kadar laktosa sebesar 2121 % (dalam bentuk mg diubah dalam bentuk gram menjadi 2,121 %) dan asam amino glisin sebesar 0.140%, sedangkan yang tertera pada wadah, kadar laktosa pada susu Nutribaby® yaitu untuk 100 gram 52 gram jadi dari data diaatas memenuhi standar sebagai laktosa sedangkan asam amino glisin sesuai etiket susu  tidak terdapat dalam sampel susu Nutricia Bebelove®.

V.2 Saran
                 Sebaiknya Asisten mendampingi dan membimbing praktikannya dengan baik ketika praktikum, agar supaya praktikum berjalan dengan lancar dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Analisis Farmasi Kuantitatif. Laboratorium Kimia Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar
BPOM, 2008, Info POM Kenali Intoleransi Laktosa Lebih Lanjut Vol.9 No.1, BPOM RI
Bucle, K., A., et al., 1987, Ilmu Pangan, Diterjemahkan Oleh Hari Purnomo dan Adiono, Jakarta, UI-Press
Dwidjoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jakarta, Djambatan
Hariyadi, P., 2000, Dasar-dasar Teori dan Praktek Proses Termal, Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB, Bogor
Heyman, M., 2006, Lactose ntolerance in infants, children, and adolescent, Ped
Ingram, C., J., Mulcare, C., A., Itan, Y., Thomas, M., G., and Swallow, D., M., 2009, Lactose digestion and the evolutionary genetics of lactase persistence, Hum, Genet
Sinuhaji, A., B., 2006, Intoleransi laktosa, Majalah kedokteran nusantara
Wyeth, N.,  2011, Infeksi Laktosa, Dalam

http://www.wyethindonesia.com/$$Infeksi%20Laktosa.html?menu_id=130&menu_item_id=5, Diakses Tanggal 11 mei  2015.